SELANDIA BARU (Panjimas.com) – Selandia Baru akan menjadi negara ke-63 yang bergabung bersama koalisi salibis internasional di bawah komando Amerika Serikat (AS) untuk memerangi Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS/ISIS). Keputusan ini diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, John Key, di depan anggota dewan pada Senin (23/2/2015).
Key mengatakan bahwa IS/ISIS menjadi ancaman serius dan mengancam stabilitas Timur Tengah, dan Key menambahkan bahwa Selandia Baru memiliki kewajiban untuk mendukung negara-negara di kawasan itu secara hukum internasional.
“Warga Selandia Baru adalah pelancong aktif dan kita tidak kebal terhadap ancaman IS. Kebrutalan IS semakin buruk dan aksinya telah menyatukan koalisi antara 62 negara untuk menyerang dan melumpuhkan kelompok ini,” ujar Key dalam sebuah pernyataan seperti dilansir CNN pada Selasa (24/2/2015).
Sementara itu, partai oposisi Selandia Baru dengan cepat menentang keputusan pemerintah itu. Menurut mereka, hal ini masih harus dirundingkan di parlemen. Pemimpin Partai Buruh, Andrew Little mengatakan bahwa partainya menentang pengiriman tentara ke Iraq.
“Perdana Menteri mengatakan mereka akan aman, tapi kita tahu mereka tidak akan aman. Mereka tidak bisa bertahan di sana, mereka tidak bisa tinggal di sana, mereka tidak bisa melakukan itu. Mereka tidak bisa hanya diam di dalam teritori, mereka akan berada dalam konflik yang lebih besar. Bukan hanya tentara yang akan kita kirim ke Irak, akan ada warga negara Selandia Baru juga pergi ke luar negeri,” kata Little.
Senada dengan Little, Pemimpin Partai Hijau, Russel Norman mengatakan, “(Key) menarik Selandia Baru ke medan tempur orang lain tanpa mandat”. Norman juga berpendapat Key membuat Selandia Baru dan penduduknya menjadi target baru dari IS/ISIS.
Kritik juga datang dari pemimpin Partai New Zealand First, Winston Peters yang mengatakan bahwa Key membuat gerakan besar dengan keputusan pengiriman pasukan ini. “Tidak ada yang berubah di Iraq, kecuali kelompoknya mempersuasi Key untuk menerjunkan pasukan kita,” katanya.
Menanggapi banjir kritik tersebut, Key mengatakan bahwa pemerintah sudah mempertimbangkan dengan cermat keputusan Selandia Baru untuk bergabung dalam koalisi salibis internasional. “Misi pelatihan seperti ini bukan tanpa bahaya dan ini bukan keputusan yang mudah untuk diambil. Saya telah mengajukan jaminan bahwa warga kita di dalam dan Taji akan aman,” tutur Key.
Key beralsan, pasukan yang akan pasukan yang akan dikerahkan itu atas permintaan pemerintah rezim Syi’ah Iraq yang menginginkan Selandia Baru untuk bergabung dengan koalisi salibis internasional melawan IS/ISIS. Kabinet Selandia Baru akan meninjau ulang keputusan ini setelah sembilan bulan. [Muhajir]