SYAM (Panjimas.com) – Mantan diplomat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan bekas mediator konflik Suriah, Lakhdar Brahimi mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) merupakan pihak yang harus disalahkan atas perkembangan Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS/ISIS) yang semakin kuat di Iraq dan Suriah.
Berbicara di Forum Komunikasi Pemerintah Internasional (IGCF) 2015 pada Senin (23/2/2015) lalu di Sharjah Uni Emirat Arab seperti dilansir dari Al-Arabiya, Brahimi mengatakan bahwa perkembangan IS/ISIS yang terjadi saat ini akibat invasi AS ke Iraq tahun 2003.
Dari invasi tersebut, kata Brahimi, AS telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi para Mujahidin tumbuh subur di Iraq, dan membantu Islamic State of Iraq (ISI) berkembang pesat. “AS yang harus disalahkan. Mereka menciptakan kondisi yang memungkinkan IS untuk tumbuh,” kata Brahimi.
IS/ISIS berkembang di tengah konflik di Suriah dan Iraq, yang kemudian berujung pada deklarasi Kekhalifahan Islam pada tahun 2014 lalu. Pemimpin IS/ISIS, Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi menurut Brahimi sebelumnya sudah terlibat dalam perang di Iraq dan Suriah melawan AS dan rezim Iraq.
Politisi Aljazair yang telah berkiprah sebagai diplomat dalam empat dekade terakhir ini juga mengatakan, selain AS, negara Syi’ah Iran juga harus dilibatkan dalam mencari solusi politik atas konflik di Suriah dan Iraq. Brahimi mengatakan, negara Syi’ah Iran adalah bagian dari masalah.
“Iran adalah bagian dari masalah, dan bagian dari masalah harus menjadi bagian dari solusi, bahkan jika pihak lain berpendapat sebaliknya,” jelas Brahimi.
Brahimi adalah bekas diplomat PBB untuk Aljazair dan Utusan Khusus Liga Arab dan PBB untuk mediasi konflik di Suriah menggantikan Kofi Annan yang memutuskan mundur pada tahun 2012. Brahimi juga memilih mengundurkan diri pada Mei 2014 setelah gagal mencapai solusi.
“Kami belajar dari kesalahan. Saya katakan lebih dari sekali, rakyat di kawasan menyerukan perubahan sesungguhnya, bukan perubahan palsu. Pemerintah yang tidak ingin berubah akan menjadi korban dari perubahan,” lanjut Brahimi.
Untuk konflik yang terjadi di Suriah, Brahimi juga menyalahkan pemerintah Syi’ah Suriah, Bashar Al-Assad yang menjadikan krisis di negaranya semakin tidak terkendali. Konflik Suriah dimulai dari demonstrasi damai di Raqqa tahun 2011, berujung pemberontakan besar yang memunculkan banyak kelompok bersenjata karena sikap kejam dan brutal rezim Syi’ah Suriah yang membantai warganya.
“Pemerintah Suriah tidak bereaksi atas tuntutan perubahan. Pemerintah harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi,” tandas Brahimi. [Muhajir/CNN]