SOLO (Panjimas.com) – Pada Senin pagi (23/2/2015), beberapa pimpinan elemen Islam Solo Raya disibukkan dengan rencana kegiatan yang diduga berbau komunisme atau PKI yang akan digelar Selasa 24 Februari 2015 di Taman Budaya Surakarta (TBS) Kentingan.
Acara berbau PKI itu mengambil tema ”Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Trgedi 1965/1966 untuk Mewujudkan Rekonsiliasi”. Menurut rencana, narasumber yang dihadirkan adalah Nur Kholis Hasto Atmojo dari Komnas HAM, Handoyo Laksono dari Fakultas Hukum UNS dan dari Winarso (Mantan Pengurus PRD/PKI).
Pada Selasa (24/2/2015) pagi sejak pukul 08.00 WIB, gabungan elemen Islam Solo Raya mulai berkumpul. Elemen Islam Solo Raya yang memprotes acara tersebut antara lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo, Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Solo Raya, Jamaah Ansharus Syariah (JAS) Solo, Forum Komunikasi Aktivis masjid (FKAM) Solo dan Hisbullah Divisi Sunan Bonang.
Menurut Divisi Data dan Informasi LUIS, Muhammad Syafik, acara semacam itu pernah lolos 3 kali di Solo. ”Walau taunya mendadak, kali ini elemen Muslim kompak dan bergerak bersama-sama memprotes kegiatan yang berbau komunis. Kita tidak ingin kecolongan lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Nahdhatul Ulama (NU) Solo, Helmy Akhmad Sakdilah juga mempersoalkan pencantumkan nama dirinya dalam undangan tanpa ada konfirmasi sebelumnya. ”Saya kecewa, Saya juga sudah ingatkan kepada panitia, tidak ada rekonsiliasi dengan Komunis di Indonesia,” kata Helmy.
Setelah dipastikan acara berbau komunisme PKI itu bubar sebelum menggelar acaranya sekitar pukul 10.30 WIB, para peserta aksi membubarkan diri dengan pengamanan dari TNI dan Polri. [GA/ES]