JAKARTA (Panjimas.com) – Warga Muslim Poso mengaku sangat kecewa dengan keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menunjuk Komjen Pol Badrodin Haiti (BH) sebagai calon Kapolri pengganti Jenderal Pol Sutarman. (Baca: Presiden Jokowi Akhirnya Batal Lantik BG & Pilih Badrodin Haiti Jadi Calon Kapolri)
Kekecewaaan warga Muslim Poso tersebut didasarkan terhadap sejumlah fakta dan realita yang ada. Sebab, saat Badrodin Haiti menjabat sebagai Kapoda Sulawesi Tengah (Sulteng) pada tahun 2006 – 2008, dia diduga kuat sebagai pihak yang paling bertangungjawab atas penyiksaan dan pembantaian terhadap warga Muslim Poso pada tahun 2007.
Jodi, warga Muslim Poso melalui pesan singkat kepada Panjimas.com pada Jum’at (20/2/2015) mengungkapkan bahwa saat Badrodin Haiti menjabat sebagai Kapolda Sulteng telah berlaku diskriminatif terhadap warga Muslim Poso. (Baca: Tolak Badrodin Haiti Calon Kapolri Pilihan Jokowi Sang Pembantai Muslim Poso!!)
“Iya akhi, itu kejadiannya di akhir tahun 2006 dan di awal tahun 2007. Pengerahan ribuan anggota polisi dan Brimob untuk menangkap ikhwan Mujahidin Basri Cs dengan alasan memburu DPO Poso. Tapi kenyataannya, mereka berhadapan dengan warga yang tidak setuju dengan pemburuan ikhwan-ikhwan,” kata Jodi.
Pembelaaan warga Muslim Poso terhadap para Mujahidin yang ada di Poso saat itu karena masyarakat Muslim Poso merasakan kepedulian yang sangat luar biasa kepada mereka. Disaat warga Poso didzolimi oleh warga Kafir Kristen Poso, para Mujahidin itulah yang membela dan melindungi mereka, bukan pihak kepolisian.
“Karena mereka adalah pejuang Poso yang jelas-jelas dahulu adalah konflik agama dan justru umat Islam Poso-lah yang terdzolimi oleh kelakuan-kelakuan Kafir Kristen yang banyak membantai kaum Muslimin, kejadiannya ada di malam Idul Fitri tahun 2006,” jelasnya.
“Saat itu yang syahid tertembak oleh Brimob adalah akh Saifudin. Tanggal 11 Januari 2007, ikhwan yang syahid tertembak Brimob adalah ustadz Riyan. Dan puncaknya tanggal 22 Januari 2007 sekitar 13 ikhwan dan warga syahid tertembak oleh Brimob,” lanjutnya.
“Itu belum lagi kekerasan-kekerasan yang di alami warga. Karena banyak dari polisi yang main tangkap sembarangan kepada warga Muslim, kemudian disiksa. Dan saat kejadian itu berlangsung, Badrodin Baiti sebagai Kapolda Sulteng. Saya sebagai warga Poso sangat kecewa dan geram dengan hal itu,” tandasnya. [GA]