JAKARTA (Panjimas.com) – Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Nasir menilai, pendekatan hak asasi manusia (HAM) tidak efektif dalam mengatasi persoalan kelompok-kelompok aliran sesat yang merugikan Islam. Misalnya, dalam menghadapi Syiah atau Ahmadiyah, yang mengaku bagian dari Islam.
“Selama ini, sudut pandang HAM hanya memakai satu mata saja, seperti Dajjal. Yakni, minoritas pokoknya jangan didiskreditkan. Tidak peduli, bila minoritas ini mengacau,” kata Ustaz Bachtiar Nasir saat ditemui Republika di Jakarta, Kamis (5/2).
Adapun pendekatan Islam, menurut Ustaz Bachtiar, lebih menempatkan persoalan tersebut secara proporsional. Sebab, ada prinsip seperti lakum diinukum waliyadiin. Yakni, semua kelompok dijamin hak hidupnya.
“Jangan seperti sekarang. Mentang-mentang dijamin, merusaklah. Pakai nama Islam, agama yang diyakini banyak orang selain mereka. Ini kan menyakitkan namanya,” ujarnya.
Karenanya, dalam pandangannya, cara pandang Islam lebih baik ketimbang cara pandang demokrasi. Sebab, yang diutamakan keadilan, bukan melabelkan status mayoritas sebagai penindas dan minoritas sebagai yang tertindas.
“Cara pandang demokrasi ini buta sebelah matanya,” ujar Ustaz Bachtiar. [AW/rol]