JAKARTA (Panjimas.com) – Setelah sempat beredar buku yang mengandung unsur propaganda Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dan lolosnya buku ajar untuk siswa sekolah dasar (SD) yang terselip konten cerita dewasa, kini beredar lagi buku yang membolehkan orang berpacaran untuk melakukan zina. Buku berjudul ‘Saatnya aku Belajar Pacaran’ karya Toge Aprilianto ini dianggap melanggar nilai agama, etika, dan moral bangsa serta merusak pola pikir generasi muda. Pemerintah diminta turun tangan agar buku-buku yang punya potensi merusak generasi muda tidak lagi lolos ke publik.
“Lolosnya buku-buku yang mengandung konten berbahaya bagi anak dan remaja kita sudah berkali-kali terjadi. Pemerintah harus ambil tindakan agar ada efek jera, baik bagi penulis maupun penerbit yang menerbitkan buku-buku mengandung ‘racun’ seperti ini. Pemerintah jangan hanya diam. Jangan harap revolusi mental tercipta kalau buku-buku seperti ini masih ada di pasaran,” ujar Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri dan Anggota DPD RI Fahira Idris di Jakarta (04/02).
Wakil Ketua Komite III DPD yang antara lain mengurusi bidang pendidikan, keagamaan, budaya, dan perlidungan anak ini mengatakan, paradigma di Indonesia apalagi di kalangan anak dan remaja, masih menganggap buku yang sudah diterbitkan apalagi ada di toko buku, kontennya adalah benar.
“Dari gaya bahasanya buku ini ditujukan untuk remaja. Buku ini sangat bahaya. Saya menyebutnya buku racun karena menganggap berzina adalah hal yang biasa. Di mana tanggungjawab moral penulis dan penerbit. Tega-teganya buku seperti ini dilempar ke pasar,” tegas Fahira dengan nada geram.
Fahira meminta pemerintah punya strategi agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Selama ini, masyarakatlah yang selalu awas dan menemukan buku-buku berkonten berbahaya beredar di toko-toko buku.
“Pemerintah jangan seperti pemadam kebakaran. Sudah rame di masyarakat baru sibuk. Tugas pemerintah itu membuat masyarakat tenteram. Buku-buku ini sangat meresahkan dan berlawanan dengan agenda revolusi mental pemerintahan Jokowi-JK. Saya minta menteri atau lembaga yang terkait dengan ini segera bertindak,” tukasnya.
Harusnya, masing-masing pihak dalam proses penerbitkan buku mulai dari penerbit, editor, hingga toko buku, punya saringan agar buku-buku seperti ini tidak lolos ke masyarakat, baik lewat toko buku maupun lewat internet (online).
Menurut Fahira, kebebasan berpendat boleh, tetapi harus bertangungjawab. Penerbit maupun toko buku harusnya punya proses screening sebelum mencetak atau memajang buku. Jangan hanya mengejar keuntungan belaka, tetapi mengorbankan sesuatu yang lebih besar.
“Saya juga minta IKAPI beri sanksi kepada penerbit yang meloloskan buku dengan konten yang berpotensi merusak generasi muda ini. Perpustakaan nasional sebagai lembaga yang memberi ISBN juga saya minta lebih teliti. Buku-buku yang punya potensi merusak moral jangan diberi ISBN,” ujar senator asal Jakarta ini.
Pemerintah harus memanggil pihak-pihak yang berkaitan dengan proses penerbitan dan perizinan buku agar duduk bersama untuk diikat komitmennya termasuk sanksi agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi.
“Demi menjaga ketenteraman masyarakat dan menyelamatkan generasi muda, Pemerintah punya hak membuat aturan main yang disepakati oleh pihak-pihak terkait penerbitan dan perizinan buku, agar buku-buku yang mengandung konten berbahaya tidak beredar lagi,” ujar Fahira lagi.
Masyarakat juga, tambah Fahira, bisa membuat efek jera bagi penulis, penerbit, maupun toko buku yang meloloskan konten-konten berbahaya dan menyesatkan bagi anak dan remaja dengan memboikot semua produk dan tidak membeli buku di toko buku yang menjual buku mengandung konten berbahaya dan merusak.
Untuk buku ‘Saatnya Aku Belajar Pacaran’ walau penulis sudah meminta maaf dan menarik peredarannya, Fahira berencana menempuh jalur hukum karena isinya sudah meresahkan masyarakat serta sudah terlanjur beredar sejak 2010. “Ini sebagai pembelajaran agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya juga minta penjualan buku ini via internet dihentikan” tutup Fahira.
Sebagai informasi beberapa hari ini media sosial dihebohkan dengan hadirnya buku ‘Saatnya Aku Belajar Pacaran’ karya Toge Aprilianto yang diterbitkan percetakan yang bernama Brillian Internasional yang berlokasi Sidoarjo. Buku ini ramai diperbincangkan oleh netizen setelah diposting oleh akun Facebook Teeamtamzir Bugeazt di group Facebook Komunitas Bisa Menulis. Ratusan orang pun menanggapi dan mengecam foto halaman buku tersebut.
Pada bagian halaman yang diposting tersebut, penulis mengatakan obrolan tentang ajakan berhubungan seksual menjadi bahasan paling penting dalam berpacaran. Penulis juga mengatakan menjadi hal yang wajar jika pacar mengajak untuk berhubungan seks. Yang lebih memprihatinkan lagi, si penulis justru memberikan solusi jika pacar mengajak berhubungan seks dengan solusi mengiyakan untuk menurutinya. Asalnya baik si pembaca dan pacarnya sama-sama siap untuk menanggung akibatnya.
Walau sudah meminta maaf, buku ini terlanjur beredar di masyarakat sejak 2010. Hingga saat ini pembelian versi pdf buku ini masih tersedia di internet. [AW/Ahmad]