DUBAI (Panjimas.com) Uni Emirat Arab menarik diri dari koalisi salibis dalam kampanye serangan udara memerangi mujahidin Daulah Islamiyah setelah penangkapan seorang pilot Yordania, yang sejak itu kemudian dieksekusi oleh mujahidin, Rabu (4/2/2015).
Negara Timur Tengah, yang menjadi salah satu sekutu kunci AS dalam serangan udara memerangi Daulah Islamiyah, memutuskan menunda serangan udaranya sejak Desember lalu karena khawatir akan keselamatan para pilotnya, mengutip para pejabat AS.
Pemerintah UEA menuntut AS untuk meningkatkan upaya pencarian dan penyelamatan (SAR) di wilayah utara Irak dengan menggunakan pesawat-pesawat Osprey V-22.
UEA mengatakan, para pilot angkatan udara negeri itu tidak akan terlibat lagi dalam serangan udara hingga pesawat-pesawat Osprey, yang bisa lepas landas seperti helikopter tetapi terbang seperti pesawat konvensional, dikirim ke wilayah utara Irak.
Pilot Jordania, Muadz al-Kassasbeh, ditangkap mujahidin Daulah Islamiyah setelah pesawat jetnya jatuh di dekat Raqqa, Suriah pada bulan Desember 2014 lalu. UEA mengatakan, pilot Jordania itu seharusnya bisa diselamatkan jika terdapat lebih banyak waktu disediakan untuk upaya penyelamatan. (Baca: Daulah Islamiyah (IS) Akhirnya Eksekusi Sang Pilot Koalisi Salibis AS Mu’adz Al Kasasbeh)
Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan lewat Dubes AS di UEA Barbara Leaf mempertanyakan mengapa AS tidak memiliki sumber daya memadai di Irak utara untuk menyelamatkan para pilot yang jatuh di wilayah musuh.
Namun demikian, pemerintah Uni Emirat Arab, tak mau berkomentar terkait hal itu.
“Kita tidak bisa mengomentari masalah yang dibahas dalam pertemuan-pertemuan pribadi,” kata sumber resmi di Abu Dhabi setelah publikasi tulisan di The New York Times. [AW/afp]