BEKASI (Panjimas.com) – Suasana berbeda di pagi hari nampak di kediaman KH Muhammad Dachlan, yang terletak di samping masjid Agung Al-Barkah, alun-alun kota Bekasi, Jawa Barat. Di bawah guyuran hujan lebat, sebuah mobil tiba-tiba datang dan terparkir di depan rumah KH Muhammad Dachlan.
Tak disangka, ternyata pria yang keluar dari mobil sambil mengucap salam itu adalah MS Kaban, Mantan Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu, di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
MS Kaban yang datang bersama rombongan, disambut oleh putra KH Muhammad Dachlan, Mahfudz Dachlan dan Khusnul Khotimah, selaku istri KH Muhammad Dachlan.
Di ruang tamu, MS Kaban yang merupakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu pun berbincang-bincang ringan bersama keluarga KH Muhammad Dachlan. Usai berbincang, MS Kaban pun meminta izin kepada keluarga untuk menemui sang tokoh pejuang kemerdekaan itu di sebuah kamar.
KH Muhammad Dachlan (88 th), memang sudah lebih dari dua tahun terbaring di atas tempat tidurnya akibat penyakit stroke yang dideritanya. Teman seperjuangan KH Noer Ali, sesama anggota Laskar Hizbullah, yang dulu begitu gagah berperang mengusir penjajah Belanda itu kini hanya bisa meringkuk di atas tempat tidurnya, jangankan berjalan, berbicara pun sulit.
Melihat kedatangan MS Kaban, Haji Dachlan -sapaan akrabnya- dari rona wajahnya merasa terkejut. Sebab sangat jarang tokoh apalagi pejabat yang masih memperhatikan kondisi orang tua, seperi Haji Dachlan.
Jangankan Presiden RI atau Menteri, Walikota Bekasi yang kantornya hanya beberapa ratus meter dari rumah Haji Dachlan saja tak pernah menjenguknya. Padahal, Haji Dachlan adalah veteran pejuang kemerdekaan yang jasanya tak terhitung bagi negara dan bangsa.
Bahkan, setelah Indonesia merdeka, KH Muhammad Dachlan pun masih terus berkarya dengan berdakwah ke daerah pelosok seperti Tanjung Air, Kramat Batok, Singkil, Sungai Kramat dan Poncol di daerah Bekasi Utara, sekaligus bersedekah mengentaskan kemiskinan di daerah yang jadi lahan dakwahnya.
Maka tak heran jika Haji Dachlan dijuluki “Si Pitung dari Bekasi” sesuai dengan kisah kepedulian sosial si Pitung yang melegenda karena kerap menolong rakyat miskin dari kantongnya sendiri. Hingga kini perjuangan Haji Dachlan diteruskan dengan mendirikan kantor berita Islam, Voice of Al Islam (voa-islam.com) dan lembaga sosial Infaq Dakwah Center (IDC).
Satu hal yang membuat haru dari sosok Haji Dachlan saat bertemu teman-teman seperjuangannya, termasuk MS Kaban, ia tak bisa berucap apa-apa, namun hanya bisa tersenyum dan berlinangan air mata.
Melihat keharuan itu, MS Kaban pun segera menghibur Haji Dachlan sambil memegang tangannya erat-erat. “Tidak usah sedih pak, Allah sayang sama bapak,” ujar Kaban dengan nada lirih di hadapan keluarga KH Muhammad Dachlan dan rombongan dari aktivis PBB, pada Ahad (1/2/2015).
Tak hanya itu, dengan tawadhu’ Kaban mengungkapkan penyesalannya karena baru kali ini bisa menyempatkan diri menjenguk tokoh sepuh yang pernah aktif di gerakan Masyumi itu.
“Saya minta maaf datang terlambat, insya Allah saya akan coba membantu cari jalan keluar yang terbaik,” kata Kaban berjanji membantu pengobatan Haji Dachlan di depan keluarga.
Di hadapan Haji Dachlan, MS Kaban pun mengungkapkan kenangan nostalgia saat bersama-sama sang sesepuh ketika masih aktif dalam berbagai gerakan Islam. Usai berbincang singkat, MS Kaban mendoakan kesembuhan bagi KH Muhammad Dachlan yang dianggapnya sebagai tokoh sepuh gerakan Islam.
Tak ada yang terlambat dalam menyambung ukhuwah, semoga apa yang dilakukan mantan Menteri Kehutanan, MS Kaban ini menginspirasi para tokoh dan para pejabat, terutama bagi mereka yang dulu pernah menjadi teman seperjuangan KH Muhammad Dachlan, baik di organisasi PII, GPI, KISDI dan lain-lainya. [AW]