WASHINGTON (Panjimas.com) – Ahad (18/1/2015) kemarin, Presiden Perancis Francois Hollande membela kebebasan berpendapat di negaranya meski aksi menentang publikasi koran “Charlie Hebdo” yang telah menghina Nabi Muhammad SAW merebak di berbagai negara di dunia
“Kami mendukung negara-negara yang melawan terorisme. Saya ingin menyampaikan rasa solidaritas saya (kepada mereka), tapi di saat yang bersamaan, Prancis memiliki prinsip dan nilai khususnya mengenai kebebasan berekspresi,” kata Hollande, seperti dilansir Reuters. (Baca: Berdalih Kebebasan, Presiden Perancis Bela Majalah Penghina Islam Charlie Hebdo)
Senada dengan Hollande, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) John Kerry juga membela majalah penghina Islam, Charlie Hebdo yang telah membuat marah dan geram mayoritas umat Islam sedunia. Ia beralasan, kebebasan pers adalah suatu hal yang dijamin dalam negara demokrasi.
“Kebebasan pers sedang diserang. Kenyataannya adalah, kebebasan pers, baik itu disimbolkan oleh pensil, pena, kamera atau mikrofon, sedang diserang,” ujar Kerry dalam sebuah konferensi pers di Washington, AS, pada Selasa (20/1/2015) seperti dilansir AFP.
Fokus konferensi pers yang digelar Kerry kali ini adalah untuk mencari metode terbaik dalam melindungi jurnalis media Barat yang bekerja di wilayah berbahaya dan konflik. Terlebih, reporter lokal atau freelancer yang biasanya kurang mendapat pelatihan.
“Karena ada beberapa orang, beberapa grup, atau bahkan beberapa pemerintah yang ingin mendikte kebenaran, ingin menyembunyikannya. Tentu saja, kita tidak bisa dan tidak akan pernah membiarkan itu terjadi,” kata Kerry. [Muhajir/mnews]