JAKARTA (Panjimas.com) – Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melantik bandar dan raja judi kelas kakap, Jan Darmadi sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) mendapat sorotan dari Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Thamrin Amal Tomagola.
“Oh Jokowi, Kalla (Wapres –res), Mega (Ketum PDIP –red) dan Paloh (Ketum Nasdem –red), bencana apa lagi yg ingin kalian timpakan atas bangsa ini? Bos judi PENASEHAT PRESIDEN?” katanya melalui akun Twitter, @tamrintomagola, pada Selasa (20/1/2015) seperti dilansir Republika Online.
Ketika ditanya akun @Anjani202, siapa sosok yang dimaksud? Thamrin dengan lugas menjawab Jan Darmadi. “Jan Darmadi alias Apiang,” katanya. Jan Darmadi dikenal sebagai Bos SDSB, sumbangan sosial berhadiah berkedok judi.
Status Jan Darmadi saat ini adalah sebagai politikus Partai Nasdem dan Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem. Di Pilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu, Nasdem bersama PDIP adalah partai utama pendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK).
Sedangkan Aktivis 77, M Hatta Taliwang mempertanyakan langkah Jokowi mengangkat Jan Darmaji. Dia menilai, pemilihan Wantimpres harus melihat track record kandidatnya. Pasalnya, posisi Wantimpres merupakan sosok yang akan memberikan pertimbangan bijak kepada orang nomor satu di Indonesia.
Karena itu, Hatta meminta salah seorang anggota Wantimpres yang sudah dilantik, yakni Jan Darmadi sangat perlu dikaji kembali. “Saya dengar, Jan Darmadi bos judi juga,” ujar Hatta.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya resmi melantik sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat pada Senin (19/1/2015) menjelang siang. (Baca: Astaghfirullah!! Salah Satu Anggota Wantimpres Jokowi, Jan Darmadi adalah Raja Judi)
Sembilan anggota Wantimpres yang dilantik berdasarkan pada Keppres nomor 6/P/2015 itu adalah; Abdul Malik Fajar (Muhammadiyah), Ahmad Hasyim Muzadi (Nahdhatul Ulama/NU), Jan Darmadi, M Yusuf Kartanegara, Rusdi Kirana, Sidharto Danusubroto, Sria Diningsih (Ekonom), Subagyo Hadi Siswoyo (HS) dan Suharso Monoarfa. [GA]