CANBERRA (Panjimas.com) – Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) menyatakan, melindungi warga negara AS di luar negeri merupakan salah satu prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri (Deplu). Karena itu, pihaknya akan selalu memberikan informasi terbaru terkait dengan keamanan dan pertimbangan lainnya yang perlu diketahui oleh warga Negara AS ketika berpergian ke luar negeri.
“Kami sangat menganjurkan warga Negara AS yang tinggal di luar negeri atau sedang berpergian ke luar negeri untuk mendaftar di the Smart Traveler Enrollment Program (STEP) guna menerima informasi terkini terkait keamanan dan keselamatan dari Kedubes,” kata Jubir Kedubes AS di Jakarta kepada CNN Indonesia, pada Ahad (4/1/2015).
Dalam peringatan tersebut, Kedubes AS di Jakarta dalam situsnya mengatakan ada potensi ancaman di hotel-hotel dan bank-bank AS di Surabaya. Namun, Kedubes AS tidak merinci lebih jauh potensi ancaman yang dimaksud tersebut. (Baca: Jubir Kedubes AS Mengaku Khawatir dengan Ancaman di Surabaya)
Setelah AS, kini giliran Pemerintah Australia yang mengeluarkan travel warning atau peringatan kedatangan bagi warganya yang bepergian ke Indonesia. Mereka meminta warga negaranya untuk ekstra hati-hati menyusul informasi intelijen terkait potensi “serangan teroris” di Indonesia. Peringatan tersebut di-posting pada situs resmi Deplu Australia dan Perdagangan Australia (DFAT).
“Pada 3 Januari 2015, Pemerintah AS memperingatkan potensi ancaman terhadap hotel-hotel dan bank-bank terkait AS di Surabaya,” demikian pernyataan dalam situs resmi DFAT Australia yang di-posting pada Senin (5/1/2015).
Menlu Australia, Julie Bishop mengatakan warga Australia harus selalu waspada saat bepergian ke luar negeri, khususnya di wilayah aktivitas “terorisme” di Indonesia. “Kami terus menerima informasi yang mengindikasikan teroris merencanakan serangan di Indonesia yang bisa terjadi kapan saja,” ujarnya.
Menurut Menlu yang dikabarkan sebagai Lesbian (penyuka sesama wanita) ini, kelompok “teroris” masih aktif di seluruh Indonesia meskipun telah beberapa kali digerebek polisi. Polisi terus melakukan operasi terhadap kelompok-kelompok tersebut dan menyatakan secara terang-terangan bahwa orang-orang yang diduga dan masih buron kemungkinan mengincar untuk menyerang sasaran negara-negara Barat, termasuk Australia.
“Anda harus berhati-hati di tempat khusus yang pengamanannya rendah dan menghindari tempat-tempat yang diketahui kerap menjadi sasaran teroris. Warga Australia juga diminta untuk menghindari tempat protes, demonstrasi, dan aksi massa,” pesannya.
“Kita memang memiliki pengalaman tragis di Bali di masa silam yang menyebabkan banyak warga Australia yang tewas. Selalu diperlukan kewaspadaan saat bepergian ke luar negeri,” kata Bishop di Kota Perth Australia.
Bishop juga mengimbau warga Australia yang hendak bepergian dan berlibur di Bali Indonesia untuk melengkapi diri dengan asuransi. “Jika Anda tak mampu bepergian ke Bali dengan asuransi perjalanan, sebaiknya Anda memikirkan ulang rencana perjalanan tersebut,” tambah dia.
Warga Australia juga diberi tahu bahwa ada kemungkinan pejabat imigrasi Indonesia akan menolak masuk siapa saja yang memiliki catatan kriminal. “Kami bekerja dengan sangat erat dengan badan keamanan, intelijen, dan penegak hukum RI,” kata Bishop.
Travel warning yang diterbitkan Pemerintah Australia tersebut diambil tak lama setelah negara Kafir barat AS mengeluarkan peringatan serupa. AS secara spesifik menyasar hotel-hotel dan bank-bank yang ada di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) yang berkaitan dengan asset AS. [GA/KJ/BBC]