WASHINGTON (Panjimas.com) – Jumlah aparat kepolisian Amerika Serikat (AS) yang tewas terbunuh karena serangan senjata api (ditembak) pada tahun 2014 meningkat 56 % dari tahun sebelumnya, termasuk diantaranya 15 petugas tewas akibat diserang dengan senjata api.
Associated Press mengabarkan pada Selasa (30/12/2014), 50 dari 126 petugas tewas terbunuh karena senjata api di 2014, dan hal ini ebih banyak dari jumlah tahun sebelumnya yang hanya 32 orang. Data yang dihimpun ‘National Law Enforcement Officers Memorial Fund (NLEOMF)’ mengungkapkan jumlah di 2014 ini sama dengan 2012.
Sementara pada 2011, jumlah personil yang terbunuh tercatat 73 orang, sehingga rata-rata per tahun petugas yang tewas terbunuh sekitar 55 orang. Dari 126 orang yang terbunuh di 2014 ini, korban karena ditembak menempati tempat teratas, disusul akibat kecelakaan lalu lintas yang cuma 49 orang.
Menurut data, meningkatnya jumlah korban jiwa di jajaran petugas erat kaitannya dengan ketegangan antara polisi dan warga sipil. Negara bagian yang paling banyak korban adalah California dengan 14 orang. Disusul Texas dengan 11 orang, New York 9 jiwa, Florida 6 orang dan Georgia 5 orang.
“Data-data itu dihimpun sebelum kasus pembunuhan Michael Brown di Ferguson dan kasus rasial lainnya. Saya yakin, sentimen anti pemerintah makin menyulut orang untuk melakukan aksi kekerasan terhadap petugas keamanan,” tutur Craig Floyd, CEO dari NLEOMF. “Petugas keamanan diserang karena mereka mengenakan seragam,” lanjut Craig Floyd.
Kasus penyerangan fatal terhadap petugas, termasuk perisitiwa New York. Dua polisi, Wenjian Liu dan Rafael Ramos ditembak jarak dekat di dalam mobil patrolinya, oleh Ismaaiyl Brinsley. Pelaku melarikan diri ke kereta bawah tanah sebelum meninggal.
Kasus lain terjadi di Las Vegas, Juni lalu. Dua anggota polisi ditembak mati saat makan pizza di sebuah restoran. Seorang polisi Pennsylvania juga tewas terbunuh karena diserang seorang petualang bersenjata pada September lalu. [Muhajir/inilah]