JAKARTA (Panjimas.com) – Mantan pendeta yang kini menjadi da’i, ustadz Syamsul Arifin Nababan menyatakan tidak sepakat dengan sebagian tokoh yang membolehkan pemakaian atribut Natal bagi seorang Muslim.
Menurut Kristolog nasional ini, hukumnya tasyabbuh bagi umat Islam yang mengenakan atribut Natal dan simbol Natal lainnya. Itu dalam artian, barangsiapa menyerupai yakni tasyabbuh, maka ia masuk ke dalam suatu kaum tersebut.
“Natal itu memperingati kelahiran anak Tuhan (Yesus). Yang membolehkan memakai atribut, gak pernah jadi Kristen kali ya,” sindir ustadz Syamsul Arifin di Jakarta, pada Senin (22/12/2014), seperti dikutip dari Republika Online.
Dia melanjutkan, seharusnya seorang Muslim, khususnya para tokoh Islam harus bersikap tegas dengan tidak membenarkan pemakaian atribut apalagi merayakan hari kelahiran itu. Ustadz Syamsul Arifin menegaskan, dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 88 sampai 92 telah dijelaskan bahwa Allah sangat murka terkait hal itu.
“Dan mereka (orang-orang Kafir) berkata, “Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu), karena mereka (orang-orang Kafir) menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak”. (QS. Maryam 19 : 88–92)
“Ayat itu menjelaskan, sungguh kalian (orang-orang Kafir) telah mendatangkan mungkar pada-KU (Allah). Langit, gunung dan seisi bumi saja dijelaskan protes, loh kok kita (sebagai seorang Muslim -red) malah mau ngucapin atau ikut merayakan. Sesama tokoh masih berdebat antara boleh dan tidak,” ujarnya.
Ustadz Syamsul Arifin menambahkan, tidak mengikuti euforia perayaan Natal bukan berarti tidak bertoleransi. Sebatas menghormati, dibolehkan saja. Asalkan tidak mengikuti, apalagi larut dalam perayaaan Natal. [GA]