JAKARTA (Panjimas.com) – Selain mengkritik sikap para pejabat dan Presiden RI yang setiap tahun menghadiri perayaan Natal, Ustadz Insan Mokoginta juga menjelaskan tentang hakikat perayaan Natal Bersama. (Baca: Semua Presiden RI Melanggar Fatwa MUI tentang Haramnya Menghadiri Natal Bersama)
Berbeda dengan pemeluk Kristen, Umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia, tidak pernah menggelar hari raya Idul Fitri atau Idul Adha bersama.
“Dalam Islam tidak ada perayaan Idul Fitri bersama atau Idul Adha bersama, yang ada kan hanya Natal bersama,” kata Ustadz Insan Mokoginta kepada Panjimas.com, di Jakarta, Jum’at (19/12/2014).
Ustadz Insan Mokoginta mengungkapkan bahwa agama Kristen memiliki banyak sekte, bahkan diperkirakan ada ratusan sekte Kristen di Indonesia. Hal inilah yang mendasari digelarnya Natal Bersama.
Jadi Natal bersama itu perayaan Natal bersama-sama sekte Kristen, bukan bersama penganut agama lain
“Natal bersama itu maksudnya merayakan Natal bersama-sama antar sekte Kristen yang ada. Kenapa diadakan Natal bersama? Karena Kristen itu banyak sekali sektenya, ada Katolik, Protestan, Advent, Yehova, Anglikan dan lain-lain yang terpecah belah. Nah untuk mempersatukan antar sesama sekte Kristen ini maka diadakanlah Natal bersama,” jelas peraih Muallaf Award tahun 2006 dan 2007 itu.
Dengan demikian, perlu diluruskan bahwa perayaan Natal Bersama itu bukan bersama penganut agama lain. Sehingga mereka yang mengaku Muslim, khususnya pada pejabat bahkan Presiden RI tak perlu ikut menghadiri Natal.
“Jadi Natal bersama itu perayaan Natal bersama-sama sekte Kristen, bukan bersama penganut agama lain,” tegasnya. [AW]