NUSAKAMBANGAN (Panjimas.com) – Tebalnya tembok penjara super maximum security (SMS) LP Pasir Putih Nusakambangan tak menghalangi perhatian Ustadz Abu Bakar Ba’asyir terhadap bencana yang tengah melanda umat.
Musibah tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, membuat ulama yang kini menjalani vonis zalim 15 tahun penjara itu ikut prihatin. (Baca: Ustadz Abu Bakar Ba’asyir turut Berduka atas Musibah Tanah Longsor di Banjarnegara)
Sebelumnya ulama sepuh tersebut sebenarnya pernah menulis sebuah nasehat yang ditujukan kepada penguasa negeri ini, berjudul “Tadzkiroh Kepada Penguasa Tentang Bencana Di Indonesia.”
Inti dalam risalah singkat itu, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memperingatkan pemerintah jangan sampai Allah menurunkan azab lantaran enggan mengatur negara dengan Syariat Islam.
Kali ini bersamaan dengan musibah tanah longsor di Banjarnegaara, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kembali memberikan nasihat bagaimana solusi mengatasi bencana yang terjadi.
“Saya sebelumnya sudah pernah menasehati Presiden soal bencana. Untuk mengatasi bencana seperti ini hanya ada dua cara; pertama secara ilmiyah, yang kedua secara syar’iyah,” kata Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kepada para pembesuk di LP Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa (16/12/2014).
Saya sebelumnya sudah pernah menasehati Presiden soal bencana. Untuk mengatasi bencana seperti ini hanya ada dua cara; pertama secara ilmiyah, yang kedua secara syar’iyah
Lebih lanjut, amir Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu memaparkan bahwa selama ini pemerintah hanya fokus pada solusi ilmiyah dalam mengatasi bencana.
“Kalau mengatasi bencana secara ilmiyah itu yang seperti biasa dilakukan. Bencana banjir misalnya, gimana pembangunan tanggulnya atau tanah longsor kemarin gimana hutan di sekitarnya kok bisa longsor. Nah, yang seperti itu, namanya solusi ilmiyah,” jelasnya.
Padahal, yang lebih penting dari itu adalah solusi syar’iyah. Hal inilah yang sama sekali tidak dijalankan oleh pemerintah. (Baca: Astaghfirullah, Ternyata ini Kisah di Balik Bencana Tanah Longsor Dusun Jemblung Banjarnegara)
“Yang paling penting itu sebenarnya adalah cara mengatasi bencana secara syar’iyah. Maksiat apa yang dilakukan masyarakat, kok sampai terjadi bencana, harus direnungkan itu. Bahkan, Umar bin Khattab dulu jika mendatangi negeri yang terkena bencana ditanyakan kepada penduduknya; ‘maksiat apa yang kalian lakukan?’” ungkapnya.
Oleh sebab itu, sekali lagi ia berpesan bahwa sudah selayaknya pemerintah beserta rakyat merenungi teguran dari Allah, mengapa bencana alam kembali terjadi.
“Intinya bencana ini adalah teguran dari Allah bagi kaum Muslimin. Jadi bencana itu bukan hanya harus diatasi secara ilmiyah tetapi juga syar’iyah. Solusinya, tunduklah kepada Allah, atur negara ini dengan hukum Allah,” tuturnya. [AW]