WASHINGTON (Panjimas.com) – Setelah melalui proses panjang, yakni 5 tahun membaca dan menganalisa lebih dari 6,3 juta halaman dokumen, Komite Intelijen Senat Amerika Serikat (AS) akhirnya mempublikasikan laporan tentang praktik interogasi brutal Central Intelligence Agency (CIA) terhadap 119 tahanan mujahidin Al Qaeda pasca serangan 11 September 2001 atau 9/11, sejak akhir 2001 hingga Januari 2009.
Cara interogasi yang dilakukan Dinas Rahasia AS (CIA) itu terhadap tahanan mujahidin selama era Presiden George W. Bush dinilai tidak lebih brutal dari sebelumnya. Terkait penyiksaan itu, sejumlah kalangan menyatakan bahwa George Bush sebagai pihak paling bertanggung jawab. Laporan Senat yang dirilis pada Selasa (9/12/2014) menyebutkan bahwa interogasi itu dikelola dengan buruk dan tidak bisa diandalkan.
Laporan yang dikeluarkan oleh Komite Intelijen Senat itu telah mencerca taktik -yang dicap oleh para kritikus sebagai penyiksaan- pemerintahan Bush pada hari-hari yang penuh ketakutan setelah serangan 11 September 2001. Teknik itu disebut sangat cacat dan sering menghasilkan informasi yang palsu.
“Berdasarkan pengertian istilah yang umum, tahanan CIA disiksa,” kata Ketua Komite Intelijen Senat, Dianne Feinstein, dari Partai Demokrat saat menyampaikan ringkasan laporan, pada Selasa 9 Desember 2014.
Dalam rinciannya, laporan itu mengatakan bahwa interogasi para tahanan tingkat atas jauh lebih keras daripada yang sebelumnya yang telah diakui CIA. Tahanan bernilai tinggi menjadi sasaran metode interogasi seperti waterboarding dan dibuat kurang tidur yang berlangsung tanpa henti selama beberapa hari atau minggu.
“Dalam banyak kasus, teknik yang paling agresif yang digunakan dalam kombinasi dan non-stop adalah dibuat kurang tidur dan memastikan tahanan terjaga hingga 180 jam. Biasanya berdiri atau posisi yang menyakitkan, dengan tangan diborgol di atas kepala mereka,” tulis laporan itu seperti dikutip CNN.
Ditelanjangi dan Dirantai
Dalam sebuah fasilitas interogasi, seorang tahanan dikatakan telah meninggal karena hipotermia setelah ditahan setengah telanjang dan dirantai ke lantai beton. Sementara di lain waktu, tahanan telanjang yang berkerudung diseret naik dan turun koridor sambil ditampar dan ditinju.
Beberapa tahanan CIA juga mengalami penderitaan halusinasi, paranoia, insomnia dan mencoba untuk mencincang diri sendiri, kata laporan itu. Pada satu kesempatan, tahanan bernilai tinggi Al Qaeda, Abu Zubaydah menjadi benar-benar tidak responsif setelah periode interogasi waterboarding yang intens.
Laporan ini juga memunculkan kembali perbedaan pandangan atas cara memerangi terorisme yang mendominasi Washington satu dekade lalu. Pihak Demokrat berpendapat taktik yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai Amerika, sementara anggota terkemuka dari pemerintahan Bush bersikeras bahwa apa yang mereka lakukan penting untuk mencegah serangan lain.
Keamanan Fasilitas AS Diperketat
Sebelumnya, keamanan di fasilitas AS di seluruh dunia ditingkatkan menjelang penerbitan laporan Komite Intelijen Senat itu. “Kedutaan besar dan perwakilan AS lainnya mengambil tindakan kewaspadaan di tengah sejumlah indikasi akan risiko yang besar,” kata seorang juru bicara Gedung Putih seperti dikutip BBC, pada Senin 8 Desember 2014.
Publikasi laporan itu ditunda meski adanya ketidaksetujuan di Washington tentang apa yang seharusnya dipublikasikan. Namun, keseluruhan laporan setebal 6.000 halaman yang dibuat oleh Komite Intelijen Senat itu tetap bersifat rahasia.
Presiden Barack Obama sendiri telah menghentikan program interogasi CIA ketika ia mulai menjabat pada 2009 dan mengakui bahwa metode yang digunakan untuk menginterogasi tawanan Al Qaeda termasuk penyiksaan.
Selama masa jabatan Presiden George W Bush, operasi CIA melawan Al Qaeda yang dikenal di lingkungan internal sebagai Rendition, Dention and Interrogation, berhasil menangkap dan memenjarakan 100 tersangka di lokasi-lokasi di luar AS, namun tanpa proses peradilan yang sah dan terbuka. [Muhajir/lip6]