JAKARTA (Panjimas.com) – Komisi III DPR RI mendesak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) untuk mengusut secara serius kasus penembakan dua anggota Brimob di puncak Jayawijaya, Papua, pada Rabu (3/12/2014) lalu. (Baca: Papua Kembali Memanas!! 2 Brimob Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal)
Pasalnya, kasus teror dan penembakan terhadap aparat kepolisian di Papua itu bukanlah pertama kali terjadi yang dilakukan oleh kelompok yang diduga dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“Ini bukan perkara kriminal biasa, gerakan bersenjata di sana lebih mengarah pada upaya pemberontakan. Ini adalah bagian dari gerakan Organisasi Papua Merdeka,” ujar anggota Komisi III DPR Fraksi PKS, Aboe Bakar Al Habsyi, pada Selasa (9/12/2014) seperti dilansir Inilah.
Menurutnya, kasus penembakan di Papua dapat diartikan sebagai ancaman bagi Indonesia karena korbannya berasal dari aparat penegak hukum. “Apa yang mereka lakukan itu bisa dikategorikan sebagai tindakan yang membahayakan negara, yang biasanya disebut dengan makar atau pemberontakan,” tegasnya.
Aboe Bakar menyebut aksi penembakan yang terjadi di Papua sangat kuat indikasinya melibatkan pihak asing. Sebab beberapa waktu yang lalu, pihak TNI-Polri mengamankan salah seorang yang diduga bagian dari kelompok tersebut.
Namun hal yang mengejutkan, salah seorang pelakunya yang berhasil ditangkap ternyata merupakan anggota Central Intelligence Agency (CIA) Amerika. Menurut Aboe Bakar, keterlibatan pihak intelejen asing dan luar negeri dalam insiden ini patut diselidiki lebih lanjut.
“Adanya informasi bahwa salah satu pelaku yang ditangkap adalah anggota CIA semakin menguatkan indikasi makar di sini. Apabila informasi ini benar, presiden harus bertindak secara tegas,” tandasnya. [GA]