JAKARTA (Panjimas.com) – Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Saud Usman Nasution mengatakan telah memperingatkan pemerintah bahwa perkembangan ideologi Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS) di Indonesia masih mengancam dan semakin mengkhawatirkan.
Hasilnya, belum pernah terjadi sebelumnya bahwa warga negara Indonesia (WNI) begitu aktif pergi ke Suriah dan Iraq untuk bergabung dengan IS. Kepala BNPT yang baru menggantikan Asnyaad Mbai ini menambahkan, perekrutan pejuang IS dari Indonesia telah melonjak lebih dari tiga kali hanya dalam beberapa bulan.
“Pada bulan Juni 2014, jumlah pengikut IS memulai dari Indonesia adalah 86. Jumlah melonjak menjadi 264 pada bulan Oktober,” kata Saud, di sela-sela pertemuannya baru-baru ini degan sejumlah pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, seperti dilansir The Jakarta Post pada Senin (8/12/2014).
Hal senada ternyata juga diungkapkan oleh Direktur Lembaga Analisis Kebijakan Konflik (IPAC), Sidney Jones. Wanita yang gemar mempropagandakan issue terorisme di Indonesia ini mengatakan, mujahidin asal Indonesia yang bergabung dengan IS lebih banyak jika dibandingkan dengan generasi mujahidin WNI sebelumnya yang pergi berperang di Afghanistan pada tahun 1985-1994 yang tidak lebih dari 300 orang.
Namun, penasihat senior dari International Crisis Group (ICG) yang berkantor di Indonesia ini menganalisa bahwa para WNI yang pergi ke Iraq dan Suriah untuk bergabung dengan IS kecil kemungkinan untuk kembali ke Indonesia.
“Kita tidak bisa berasumsi bahwa semua orang yang datang kembali dari Suriah akan ingin melakukan serangan kekerasan. Banyak pergi untuk membantu IS memerangi Assad (Presiden Rezim Syi’ah Suriah Bashar Assad –red) dan tidak punya niat untuk berjihad di rumah (Indonesia –red),” katanya.
“Tapi akan ada beberapa dan kekhawatiran bahwa orang-orang ini sekarang akan memiliki pengalaman tempur, kemampuan taktis, pengetahuan senjata, komitmen ideologis lebih dalam dan hubungan internasional. Bahkan jika itu hanya segelintir orang, mereka bisa memberikan kepemimpinan untuk gerakan ekstremis kecil di sini,” ujarnya, seperti dilansir The Jakarta Post pada Senin (8/12/2014). [GA]