JAWA BARAT (Panjimas.com) – Fenomena maraknya minuman keras (miras) oplosan yang mengakibatkan korban tewas terus bertambah di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut Jawa Barat (Jabar), dikarenakan adanya kebiasaan dari sebagian masyarakat yang masih saja mengkomsumsi miras.
Tidak hanya itu, kurang sigap dan tegasnya aparat keamanan dalam menindak para pembuat dan pengedar miras juga menjadi salah satu faktor terbesarnya. Selain itu para pemilik warung jamu sendiri juga mematok harga yang cukup murah antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu, untuk setiap satu liter miras oplosan.
“Kami menyampaikan belasungkawa atas timbulnya korban meninggal dunia. Ini disebabkan karena harga yang cukup murah Rp 15-20 ribu per liter, dan masih ada kebiasaan sebagian kecil masyarakat kita untuk mengkonsumsi,” kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Martinus Sitompul, Jum’at (5/12/2014) malam.
Setelah mencuatnya kasus kematian akibat menenggak miras oplosan, Martinus menuturkan akan segera meminimalisir hal serupa, dengan cara pihak Polda Jabar akan meningkatkan intensitas razia terhadap peredaran miras.
“Terhadap peristiwa terebut (pesta miras yang menyebabkan korban tewas) kami akan menerapkan pasal yang berat untuk memberikan efek jera bagi pelaku. Pasal yg diterapkan yaitu psl 204 ayat 2 KUHPidana jo Pasal 137 atau 146 ayat 2 tahun 2012 tentang pangan dengan ancaman seumur hidup atau 20 tahun penjara,” ucap dia.
Selain itu pihaknya akan mendorong Pemda dan DPRD untuk membuat atau merevisi Perda soal larangan peredaran miras. “Kita dorong pemda juga untuk melakukan razia lebih banyak dengan penegakan hukum oleh Satpol PP,” jelas dia.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, korban tewas setelah meminum miras oplosan hingga hari Sabtu (6/12/2014) terus bertambah. Setidaknya ada 16 orang di Garut, 10 orang di Sumedang Jabar yang tewas setelah menenggak miras oplosan. Hal serupa juga terjadi di Jakarta dan Bogor. Sehingga jika digabungkan, jumlah korban yang tewas setelah menenggak miras oplosan ini mencapai 34 orang.
Berdasarkan pemberitaan sejumlah media massa online maupun televisi, korban tewas maupun yang dirawat diperkirakan lebih dari yang dikabarkan media. Sebab, ada sejumlah orang yang menenggak miras oplosan, akan tetapi tidak datang ke rumah sakit atau diketahui keberadaannya. [GA/Lip6]