JAWA BARAT (Panjimas.com) – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ahmad Heryawan mengaku prihatin dan menyesali maraknya peredaran miras oplosan di daerah kekuasaannya, hingga korban tewas terus berjatuhan. “Kita sangat menyesali kejadian seperti itu,” katanya seusai rapat pemilihan rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Dipatiukur, Bandung pada Sabtu (6/12/2014).
Pria yang akrab disapa Aher ini berharap kejadian ini tidak terulang dikemudian hari. Salah satu caranya, kata Aher, dengan meningkatkan pengawasan masyarakat tentang peredaran miras, terutama miras oplosan. “Kita harus meningkatkan pengawasan (peredaran miras) di masyarakat, ini momentum bagi kita semuanya untuk menyadarkan masyarakat,” ujarnya.
Setelah korban tewas terus berjatuhan, pihaknya akan mengintensifkan pengawasan peredaran miras. Menurut Aher, diperlukan kesadaran masyarakatnya pula untuk memberantas miras. Aher berharap kepolisian lebih gencar lagi dan memberantas habis tempat-tempat jualan miras oplosan itu.
“Kita juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk memantau tempat-tempat minuman oplosan yang belum terungkap, kita gerakkan lagi, kejar lagi, untuk mengungkap yang belum terungkap,” katanya.
Aher berharap dengan adanya pemberantasan minuman keras oplosan ini tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban. “Jadi, kalau sudah diungkap peredaran minuman oplosan, kemudian penyadaran masyarakat tentang bahaya miras juga sudah dipahami, ya, ini, pengkonsumsi miras oplosan dan lahirnya korban jiwa otomatis berhenti,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Jabar Deddy Mizwar menyatakan kejadian ini sudah masuk dalam kondisi darurat dan perlu peringatan serta pengawasan lebih. Hal itu disampaikan Deddy saat ditemui usai membuka acara Pameran Wubi Fest di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jabar, di Jalan Braga, pada Jum’at (5/12/2014).
“Ini menunjukkan harus ada pengawasan lebih untuk penyebaran miras. Harus ada kerjasama dengan kepolisian. Ini warning bahwa hal ini sudah sangat urgent (darurat), harus ada peringatan penting. Katanya Jabar lebih banyak religiusnya, tapi dengan kejadian ini terlihat tidak terkontrol,” ujar Deddy.
Ia mengatakan, harus dibuat penanganan terpadu bekerjasama dengan polisi dan aparat di Kabupaten Kota. “Saya kaget, kejadiannya serentak. Miras ini bisa menjadi bumerang buat kita,” katanya. Bahkan, Deddy mengatakan jika maraknya konsumsi miras juga mengindikasikan tingginya penyebaran narkotika. “Ada miras, ada narkoba. Itu dua sudah kaya sepupuan. Semuanya pengennya mabok,” tutur Deddy.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, korban tewas setelah meminum miras oplosan hingga hari Sabtu (6/12/2014) terus bertambah. Setidaknya ada 16 orang di Garut, 10 orang di Sumedang Jabar yang tewas setelah menenggak miras oplosan. Hal serupa juga terjadi di Jakarta dan Bogor. Sehingga jika digabungkan, jumlah korban yang tewas setelah menenggak miras oplosan ini mencapai 34 orang.
Berdasarkan pemberitaan sejumlah media massa online maupun televisi, korban tewas maupun yang dirawat diperkirakan lebih dari yang dikabarkan media. Sebab, ada sejumlah orang yang menenggak miras oplosan, akan tetapi tidak datang ke rumah sakit atau diketahui keberadaannya. [GA/kmps/dtk]