BAGHDAD, IRAQ (Panjimas.com) – Ketika koalisi salibis dan thaghut Arab bergabung memerangi Daulah Islamiyah, yang berjihad melawan rezim Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad dan shafawi Iraq, ternyata rezim Syiah Iran tak mau ketingalan menyerang Daulah Islamiyah.
Seorang pejabat senior Iran mengonfirmasikan negaranya telah melancarkan serangan-serangan udara di Irak terhadap Daulah Islamiyah/Islamic State (IS) atas permintaan pihak berwenang Irak, kata surat kabar Inggris Guardian.
Surat kabar itu mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri, Ebrahim Rahimpour, yang mengatakan serangan-serangan itu tidak dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, yang juga melancarkan serangan udara terhadap Daulah Islamiyah yang menguasai daerah-daerah Irak utara dan barat itu.
Tujuan serangan-serangan itu adalah mempertahankan kepentingan-kepentingan sahabat-sahabat kami di Irak, kata surat kabar itu mengutip pernyataan Rahimpour dalam satu wawancara di London.
“Kami tidak melakukan koordinasi dengan Amerika Serikat. Kami berkoordinasi hanya dengan pemerintah Irak,” katanya “Pada umumnya, setiap operasi militer untuk membantu pemerintah Irak sesuai dengan permintaan-permintaan mereka.”
Pernyataan-pernyataan Rahimpour itu adalah yang pertama dari seorang pejabat Iran yang mengonfirmasikan peran Iran dalam serangan-serangan udara di Provinsi Diyala Irak, yang berbatasan dengan Iran akhir November 2014.
Diyala adalah provinsi yang dihuni etnik campuran , di mana tentara Irak, yang didukung pasukan peshmrga Kurdi dan milisi Syiah berusaha memerangi Daulah Islamiyah dari beberapa kota dan desa bulan lalu.
Peran Iran pertama disorot dalam satu gambar yang dibuat stasiun televisi Al Jazeera, yang menunjukkan satu pesawat F-4 Phantom menyerang posisi-posisi Daulah Islamiyah di Diyala. Para pakar pertahanan mengatakan Iran dan Turki adalah dua negara kawasan itu yang mengoperasikan F-4, dan Turki enggan menyerang Daulah Islamiyah secara militer.
“Kami tidak akan mengizinkan kondisi-kondisi di Irak menurun pada tingkat Suriah, yang telah diciptakan oleh pihak-pihak asing,” kata Guardian mengutip pernyataan Rahimpour, mengacu pada perang tiga tahun yang menyengsarakan di mana Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad melawan para mujahidin termasuk Daulah Islamiyah.
“Dan tentulah bantuan kami (kepada Irak) lebih kuat ketimbang bantuan kami kepada Suriah, karena mereka lebih dekat dengan kami,” katanya.
Rahimpour mengatakan Iran juga membantu pasukan Kurdi di Irak utara, tetapi menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki pasukan darat di Irak. “Yang adalah tim penasehat. Tidak perlu mengirim pasukan Iran ke Irak. Pasukan Irak dan Kurdi di sana sudah cukup,” katanya. [AW/Ant]