BAHRAIN (Panjimas.com) – Menteri Luar Negeri Bahrain mengatakan bahwa negara-negara Teluk akan meluncurkan perintah Markas Komando Militer Gabungan yang bertempat di “Saudi Arabia” untuk menghadapi ‘ancaman’ jihadis Islam, Daulah Islamiyah/Islamic State (IS), Selassa (2/12/2014).
Shaikh Khalid Al Khalifa – Menteri Luar Negeri Bahrain – mengumumkan bahwa Komando Pasukan Gabungan akan memulai operasi militer setelah KTT Negara Teluk yang dijadwalkan akhir bulan ini. Menurut analis, kekuatan militer komando gabungan ini akan mengerahkan ratusan ribu tentara dari gabungan negara-negara teluk atau sering disebut Gulf Cooperation Council (GCC).
Penekanan komando militer yang baru ini berfokus pada operasi defensif yang akan bekerjasama antara negar teluk, dimana komando angkatan laut akan ditempatkan dibahrain dan komando angkatan udara di Arab Saudi.
Operasi Komando Militer Gabungan ini muncul ditengah ketakutan para pemimpin negara teluk atas bangkitnya kembali khilafah Islam (Islamic State), yang melebarkan pengaruhnya diwilayah Iraq dan Sham. tidak hanya itu, bahkan ditemukan pendukung dan pembela Islamic State (IS) berada ditengah-tengah warga teluk.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Financial Times, Inggris. Syaikh Khalid Al Khalifa berkata: “Lihatlah pembagian (wilayah) yang terjadi di Irak dan situasi yang menjengkelkan di Suriah. Jika Afghanistan telah menjadi sekolah dasar untuk teroris yang bergerak melampaui tahap universitas di Suriah dan Irak, sesungguhnya ini adalah ancaman serius, dan yang lebih berbahaya sesungguhnya kita menemukan banyak sekali dinegara kita warga yang mendukung ke Islamic State dan bergabung didalamnya.”
Negara Bahrain juga melihat – bahrain masuk dalam koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat terhadap Negara Islam Irak dan Suriah – sesungguhnya sekitar 25 warga teluk telah bergabung dengan Islamic State (IS) dan pertempuran dibarisan IS. Shaikh Khaled mengurai ketakutannya terhadap Islamic State (IS) di Bahrain pada khususnya dan negara-negara Teluk pada umumnya.
Tudingan pun ditujukan kepada Islamic State (IS) atas serangan yang menewaskan tujuh orang syiah di saudi akhir november kemarin. Sementara itu pasukan keamanan di Riyadh melaporkan bahwa pelaku aksi serangan tersebut dari salah satu sel yang terdiri dari 77 orang yang diduga terlibat dengan Islamic State (IS).
Dengan nada yang sama, selain menindak setiap pendanaan terorisme, pemerintah Bahrain bahkanmelakukan pengawasan dan penangkapan kepada simpatisan dan pendukung Islamic State (IS), ungkap Shaikh Khaled.
Sementara itu, Dr. Theodore Karasik – penasehat besar manajemen keamanan dan penanggulangan bahaya di Dubai – berkata; “sesungguhnya Negara-negara teluk (GCC) berusaha untuk menciptakan kekuatan operasi bersama yang kuat dan harmoni antara satu sama lain yang terfokus pada operasi defensif. Dengan menyandarkan puncak kekuatan itu diharapkan setidaknya mencapai ratusan ribu tentara dan elemen-elemen akan berpartisipasi dalam pasukan gabungan operasi defensif khusus terhadap Islamic State (IS), yang mendapat gelar pasukan intelijen”. [dwq/zy]