JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ustadz Ferry Nur meminta pemerintah Indonesia mencontoh sikap Malaysia dan negara lain soal HAMAS.
Menurutnya, lebih baik pemerintah Indonesia terlambat merestui berdirinya kantor perwakilan HAMAS di Indonesia ketimbang menolak sama sekali. (Baca: Boro-boro Blusukan ke Gaza, Rencana Dirikan Kantor Perwakilan HAMAS di Indonesia Saja Ditolak)
“Dukungan pembukaan kantor perwakilan HAMAS di Indonesia seharusnya bisa dilaksanan walaupun terlambat dibandingkan negara lain,” kata Ustadz Ferry Nur melalui pesan siaran BlackBerry Messanger, yang diterima redaksi Panjimas.com, Senin (1/12/2014).
Rusia yang bukan negara berpenduduk mayoritas muslim pun berdiri kantor perwakilan HAMAS. Negeri jiran, Malaysia sudah lebih dulu didirikan kantor perwakilan HAMAS sejak empat tahun lalu.
“Sebagai contoh tidak perlu terlalu jauh melihat Rusia yang sudah ada kantor HAMAS, begitu juga Lebanon, Yaman, Qatar, Pakistan dan beberapa negara di Afrika. Coba lihat negara tetangga kita, yang dikenal negara serumpun, Malaysia! HAMAS sudah membuka kantor perwakilannya sejak empat tahun yang lalu! Padahal di Malaysia ada Kedutaan Besar Palestina,” ungkap aktivis pro Palestina yang sering keluar masuk Gaza tersebut.
Tak hanya mengizinkan berdirinya kantor perwakilan HAMAS, bahkan, Najib Razak melakukan kunjungan bersejarah, untuk pertama kalinya seorang Perdana Menteri Malaysia mengunjungi kota Gaza, Palestina, Selasa (22/1/2013).
“Bahkan partai pemenang pemilu dan penguasa, UMNO, mengundang langsung pimpinan biro Politik Hamas, Khalid Misy’al ke Kuala Lumpur. Bukan itu saja, setelah gempuran zionis Israel ke Gaza tahun 2013, Perdana Menteri Malaysia beserta rombongan masuk Gaza dan membawa bantuan,” bebernya.
Oleh sebab itu, Ustadz Ferry Nur mendesak pemerintah Indonesia menunjukkan jati dirinya sebagai negara berdaulat dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
“Indonesia negara besar dan berdaulat, tunjukkan jati diri dan wibawa dalam percaturan politik dunia internasional, sebagaimana yang pernah dirintis oleh H. Agus Salim. Tokoh yang pernah dicemooh saat akan berpidato di Liga Bangsa-Bangsa (LBB, sebelum PBB ) karena berjenggot putih,” tutupnya. [AW]