JAKARTA (Panjimas.com) – Pengunggah video Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta, Rateka Winner Lee mengaku kesal ketika dirinya melihat aksi kristenisasi berkedok nasionalisme.
Pembuatan video itu berawal ketika dirinya diundang salah satu perusahaan smartphone untuk meliput di acara Car Free Day, pada Ahad (2/11/2014) lalu.
Saat menyusuri jalan Car Free Day yang membentang antara jalan MH Thamrin hingga jalan Jenderal Sudirman, ia menyaksikan sejumlah kemunitas yang mengusung semangat nasionalisme tetapi membagi-bagikan cinderamata yang terdapat simbol Kristen.
“Sepanjang perjalanan itu saya melihat orang yang membagi-bagikan barang seperti itu sekitar jam 06.00 atau 06.30 WIB. Ada juga memang mereka yang memegang buku tulisannya besar; kisah-kisah yang berdasarkan AlKitab,” kata Rateka saat menjadi pembicara di Temu Pembaca Suara Islam dan Majelis Taqarub Ilallah (TPSI-MTI) di Masji Abu Bakar Shiddiq, Jl. Otista Raya, Cawang, Jakart Timur, pada Sabtu (29/11/2014).
Ia pun mencurigai aksi dari kelompok yang menamakan diri “Komunutas Peduli Indonesia” yang menggelar spanduk bertuliskan “Dukungan untuk Kabinet Kerja Indonesia Hebat dan Bermartabat.”
“Lalu saya perhatikan yang mereka bagikan itu kalung, sepanjang jalan tiap beberapa meter itu ada, ada juga yang mereka pakai speaker lalu suruh anak-anak baca puisi keras-keras, abis itu dikasih susu dan biskuit.”
Rateka yang bertahun-tahun menempuh pendidikan di sekolah Katolik itu pun mencium adanya misi Kristenisasi di balik kedok kampanye nasionalisme dan dukungan terhadap kabinet Jokowi tersebut.
“Dari yang membagi-bagikan, karena selama beberapa tahun saya sekolah di Katolik dan banyak sahabat-sahabat saya yang Katolik, auranya mereka, wajah-wajah mereka itu kelihatan sekali kalau mereka itu dari gereja, bahasa saya kelihatan lah orang yang wajahnya sering kena wudhu. Saya sudah tahu ada misi terselubung, cuma yang kita dengar adalah “Indonesia diselamatkan” maksudnya mereka bawa simbol-simbol nasionalisme,” Ungkapnya.
Ia menilai, jika komunitas tersebut jujur dengan aksi kampanye nasionalisme, kenapa yang dibagikan justru simbol burung merpati, bukan burung garuda.
“Kalau memang demi kebangsaan, kenapa logonya burung merpati, kenapa bukan burung garuda? Kalau ada yang tanya emang kenapa sih kalau umat Kristen mau berbagi kasih, apa ngga boleh? Sebenarnya tidak apa-apa tapi yang jelas terang-terangan, ngaku aja dari komunitas Kristen mau bagi-bagi, jadi orang bisa memilih mau terima atau tidak,” imbuhnya.
Selanjutnya, terkuaklah fakta yang sebenarnya terjadi. Benar saja, pada hakikatnya mereka tengah melakukan Kristenisasi dengan mengincar orang awam, anak-anak, para remaja, orang yang sedang labil atau tertimpa masalah dan orang miskin. [AW]