VATIKAN (Panjimas.com) – Pemimpin tertinggi gereja Katolik di Vatikan, Paus Franciscus mengaku siap untuk berbicara dengan Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS), jika dia pikir bahwa hal itu akan bisa membantu mengakhiri konflik di Suriah dan Iraq, katanya seperti dilansir The Telegraph.
Paus Fransis mengatakan, “pintu selalu terbuka” untuk inisiatif perdamaian di Suriah dan Iraq. Namun, kepala negara dari Negara Kota Vatikan ini mengakui bahwa negosiasi dengan Islamic State itu kemungkinan besar akan sulit terjadi.
“Saya tidak pernah mengatakan ‘semua hilang’, tidak pernah. Mungkin tidak mungkin ada dialog tapi Anda tidak pernah bisa menutup pintu,” katanya kepada wartawan di dalam pesawat saat ia kembali pada Selasa (25/11/2014) malam dari Strasbourg, di mana ia membahas Parlemen Eropa dan Dewan Eropa.
“Sulit, orang bisa mengatakan hampir tidak mungkin, tapi pintu selalu terbuka,” katanya dalam menanggapi pertanyaan tentang apakah akan ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan para mujahidin Islamic State.
Dalam video propaganda dan pesan secara online, Islamic State telah berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin “menaklukkan Roma”, tempat lahirnya agama Kristen, dan menegakkan bendera hitam Khalifah di atas Basilika Santo Petrus di Vatikan.
Paus dari Argentina berumur 77 tahun itu mengatakan bahwa apa yang akan dilakukan IS itu sah-sah saja. Apa yang dilakukan IS sekarang ini adalah mencoba untuk menghentikan “agresor yang tidak adil” dari bahaya negara over-mencapai kekuasaan mereka atau menganiaya orang-orang mereka sendiri.
“Ada ancaman lain, bahwa negara terorisme,” katanya di dalam pesawat kembali ke Roma. “Setiap negara, untuk bagian sendiri, merasa memiliki hak untuk teroris pembantaian. Tetapi begitu banyak orang tak berdosa binasa pada waktu yang sama dengan teroris”.
Paus tidak menyebutkan nama rezim tertentu, tetapi komentarnya bisa ditafsirkan sebagai kritik terhadap Rezim Syi’ah Nushairiyyah Suriah, yang telah membantai ribuan warganya sendiri, atau Amerika Serikat (AS) yang telah membunuh orang yang tidak bersalah dengan serangan drone di Pakistan dan Afghanistan.
Pengamat Vatikan mengatakan, apa yang dikatakan Paus Fransis bisa ditafsirkan sebagai sebuah kritik terhadap Zionis Israel yang telah membantai warga Palestina di Jalur Gaza.
“Kita harus memerangi terorisme. Tapi ketika Anda harus menghentikan penyerang yang tidak adil, itu harus dilakukan dengan konsensus internasional. Tidak ada negara yang bisa, sendiri, menghentikan penyerang yang tidak adil,” katanya. [Muhajir]