JAKARTA (Panjimas.com) – Usai menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang penuh kejanggalan, Lingkaran Survei Indonesia (LSI)-Denny JA menyatakan tingkat kepuasan masyaraat terhadap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) merosot drastis dalam sebulan masa kerjanya, atau sejak dilantik pada 20 Oktober 2014 silam.
“Belum genap 100 hari pemerintahannya, pascakenaikan harga BBM, kepuasan publik terhadap Jokowi merosot drastis,” kata peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana dalam konferensi pers di Jakarta, pada Jum’at (21/11/2014), seperti dilansir sayangi.com.
Ade menyatakan, menurunnya kepuasan publik terhadap kepemimpinan Jokowi merata di semua segmen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, tinggal di perkotaan maupun desa, berpendidikan tinggi maupun rendah, serta wong cilik maupun kelas menengah atas.
Bahkan menurut LSI, berdasarkan hasil survei “quick poll” yang dilakukan 18-19 November 2014 melalui “random sampling” terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia, diketahui sebanyak 42,58 persen pemilih Jokowi-JK menyatakan tidak puas terhadap kepemimpinan Jokowi.
“Menurunnya kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK sendiri di Pilpres (2014 –red) lalu. Mereka yang mengaku pemilih Jokowi-JK, hanya 48,59 persen yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi, 42,58 persen tidak puas, sisanya tidak menjawab,” ujar Ade.
Sementara itu alasan menurunnya kepuasan publik terhadap Jokowi antara lain disebabkan empat alasan utama, antara lain kurangnya sosialisasi alasan kenaikan harga BBM, meningkatnya harga kebutuhan pokok dan transportasi karena kebijakan kenaikan harga BBM.
Selain itu publik meragukan kompensasi kenaikan harga BBM akan sampai ke rakyat kecil, serta kenaikan harga BBM yang dilakukan sebelum ada program Jokowi yang terasa manfaatnya kepada masyarakat. [GA/intgn]