JAKARTA (Panjimas.com) – Ulama asal Papua, ustadz Fadlan R Garamatan mengecam sikap elit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mendadak “diam seribu bahasa” saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan kader PDIP memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Dia P (PDIP –red) ternyata tidak memperjuangkan nasib rakyat tapi nasib moncong putih, ketahuan diam seribu bahasa saat BBM naik,” tulis ustadz yang bernama lengkap M Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan di akun twitter pribadinya, @fadlannuuwaar.
Menurut ustadz yang sudah banyak meng-Islamkan ribuan masyarakat Papua ini, kenaikan harga BBM di Indonesia pada saat harga minyak dunia turun, akan menjadi catatan kelam bagi Jokowi dalam sejarah NKRI. “Sejarah memberi catatan kelam untuk NKRI, di saat harga minyak dunia turun, Kokowi menaikkan BBM dengan harga termahal lagi menyusahkan,” tegas @fadlannuuwaar.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Senin (17/11/2014) malam. Harga BBM bersubsidi dari Rp 6.500/liter harganya naik menjadi Rp 8.500/liter, atau naik Rp 2.000 dari harga sebelumnya.
“Harga BBM baru yang akan berlaku pukul 00.00 WIB terhitung sejak (hari Selasa –red) tanggal 18 November 2014,” ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (17/11/2014) malam.
Di sisi lain, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan harga BBM bersubsidi akan naik kembali. “Ya, nanti kita lihat lagi. Tapi kalau harga minyak naik USD 50, kita hitung ulang,” kata JK, pada Selasa (18/11/2014).
Keputusan pemerintahan Jokowi-JK ini sangat ironis dan dikritik banyak pihak karena kenaikan harga BBM bersubdi ini menjadi yang pertama kali dalam sejarah Indonesia, di mana kenaikan harga BBM bersubsidi dilakukan di saat harga minyak dunia justru sedang terjun bebas. [GA]