DOMPU, NTB (Panjimas.com) – Hingga detik ini, pihak kepolisian maupun Densus 88 Antiteror Mabes Polri belum menjelaskan secara detail dan jujur kenapa warga Dompu, Nurdin bin Abdullah (23 tahun) dibunuh Densus 88 dengan keji dan tanpa perlawanan di Dusun Kala Timur, Desa O’o, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (20/9/2014) yang lalu.
Meski jenazah Nurdin telah dikembalikan oleh pihak kepolisian pada Senin (22/9/2014) pagi sekitar pukul 09.00 WITA ke daerah asalnya di Desa O’o, Kecamatan Dompu dan kemudian dimakamkan pada Selasa (23/9/2014) esok harinya, namun hingga kini pihak Densus 88 belum memberikan pertanggungan jawab.
Untuk meringankan beban dan duka keluarga Nuridn, pada hari Sabtu (25/10/2014) di siang hari yang cukup panas, tepatnya pada pukul 11.30 WITA, rombongan ikhwan dan ummahat dari Jama’ah Ansharut Tauhid Wilayah Nusa Tenggara (JAT Nusra/Bima) tiba di kediaman rumah bapak Abdullah yang merupakan ayah kandung dari akhuna asy-syahid (insya Allah) Nurdin.
Sebagaimana dalam pemberitaan diberbagai media sekitar sebulan yang lalu, bahwa Nurdin merupakan salah satu korban kebiadaban Densus 88 laknatullah ‘alaih dengan dalih memberantas “terorisme”. Di rumah orang tuanya yang berlokasi di Desa O’o itulah Nurdin di bunuh Densus 88. Ia ditembak tiga kali dari jarak dekat tepat di kepala ketika sedang sujud melaksanakan shalat ashar.
Kedua orang tua beserta istri akhuna Nurdin, dan anggota keluarga yang lainnya menyambut hangat kedatangan rombongan JAT Bima. Bahkan ibu-ibu sekitar desa O’o juga menyambut kedatangan rombongan dengan jamuan makan siang.
Dalam kesempatan tersebut, akhuna Fadly selaku Katib JAT Bima menjelaskan kepada bapak Abdullah bahwa kedatangannya bersama rombongan adalah dalam rangka silaturahmi sekaligus untuk menyerahkan bantuan dari JAT Bima untuk keluarga akhi Nurdin.
Bantuan berupa dana tunai dan paket sembako tresebut diterima langsung oleh bapak Abdullah dan keluarga. Dan beliaupun sangat berterima kasih. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut, JAT Bima berbincang banyak hal, utamanya soal peristiwa penembakan Nurdin.
Dalam statemennya kepada JAT Bima, bapak Abdullah tidak pernah surut semangatnya setelah putranya dibunuh Densus 88. “Saya sama sekali tidak surut, malah bertambah semangat dengan kematian Nurdin,” demikian ucap pak Abdullah dengan bangga. [GA/AN]
BERITA TERKAIT: