SOLO (Panjimas.com) – Joko Lelono (53 tahun), orang tua Ridwan (26 tahun) mengatakan baru mengetahui kabar bahwa anaknya meninggal di Suriah saat ada wartawan media umum dan intelijen TNI Solo datang kerumahnya pada Kamis (16/10/2014) sore untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut.
“Saya dan kami sekeluarga tau info tersebut malah dari wartawan. Kamis sore kemarin tiba-tiba ada 4 orang, 2 wartawan Tribun Jateng katanya dan 2 intel tentara di Solo sini yang mengkonfirmasi soal kabar yang beredar itu,” kata Lono (sapaan akrabnya) kepada wartawan Panjimas.com (PM) pada Selasa (21/10/2014) petang.
“Saat itu banyak yang ditanyakan, tapi saya jawab bahwa saya tidak mengetahui aktivitas anak saya di luar rumah. Yang jelas saya selalu berbaik sangka pada anak saya, Ridwan saat ia berada di luar rumah. Saya juga jelaskan, bahwa saya terakhir ketemu dengan Ridwan sebelum Ramadhan (1435 H –red) kemarin,” ungkapnya.
Mendengar kabar tersebut, kata Lono, Ngadilah (47 tahun) ibunda Ridwan langsung syok dan bingung. “Pertama saat mendengar kabar tersebut, saya sendiri sempat bingung, antara percaya dan tidak percaya. Sebab sebelum Ramadhan kemarin pergi, Ridwan pamitnya mau ngajar di Medan. Sedangkan kalau ibunya Ridwan, sampai sekarang masih terlihat bingung,” ujarnya.
Setelah kedatangan wartawan dan intel TNI Solo, pada hari Jum’at (17/10/2014) dan Sabtu (18/10/2014) mereka ganti didatangi oleh kepolisian dari Polsek Pasar Kliwon, Polresta Solo dan bahkan pihak Densus 88 Antiteror Mabes Polri. “Tapi mereka tidak menekan atau menteror kami pak. Pertanyaan mereka, khususnya Densus emang agak mendesak, tapi jawaban saya sama dengan jawaban saya apda intel TNI itu,” jelasnya.
Lono menjelaskan, Ridwan dimata keluarga adalah anak yang bertanggung jawab, baik, santun, mudah bergaul dan berbakti kepada orang tua. “Dia orangnya baik, ramah, santun, gampang srawung (mudah bergaul –red) dengan tetangga dan berbakti kepada orang tua. Sebagai anak mbarep (anak pertama –red), dia bertangung jawab dan sayang pada adik-adiknya,” tegasnya.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, salah seorang mujahidin Daulah Islamiyyah atau Islamic State (IS) asal Indonesia bernama Ridwan (26 tahun) dikabarkan syahid pada Kamis (16/10/2014) pekan lalu bersama dengan puluhan mujahidin IS lainnnya saat bertempur dengan pasukan sosialis komunis Kurdi. [GA]
BERITA TERKAIT: