JAKARTA (Panjimas.com) – Selain mengecam statemen Ketum GP Anshor Nusron Wahid dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One pada hari Selasa 14 Oktober 2014, tokoh senior Nahdhatul Ulama (NU) KH Muhammad Najih juga mengecam statemen Sekjen PBNU Marsudi Syuhud.
Dalam acara yang dipandu oleh Karni Ilyas tersebut, Marsudi Syuhud mengatakan bahwa Islam rahmatan lil alamin adalah Islam tanpa kekerasan sembari menyindir ibadah amar ma’ruf nahi mungkar yang selama ini dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI). Terkait hal itu, maka Gus Najih meminta agar Marsudi belajar sejarah lagi. Hal ini ditegaskan Gus Najih kepada wartawan, pada Kamis (16/10/2014).
“Dalam Islam pernah terjadi ketegasan dalam perjuangan Rasulullah SAW dan para Shahabatnya. Peristiwa Masjid Dhiror, Masjid yang dibangun atas prakarsa orang munafiq Abu Amir Ar-Rohib untuk menandingi Masjid Quba’,” ungkapnya.
“Sehingga keberadaan masjid ini sangat membahayakan, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT surat At-Taubah ayat 107 dan 108. Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkan para shahabat untuk merusak dan membakarnya,” tegas putra Tokoh Besar Dewan Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair ini.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah ini, orang-orang yang mengetahui Sunnah Nabi Muhammad SAW tidak akan mengingkari bahwa pada zaman Nabi dan Khulafa’ur Rosyidin juga terjadi semacam pembunuhan dan peperangan serta kekerasan untuk memberantas kemungkaran.
“Sayyidina Abu Bakar RA pernah membakar orang yang berbuat sodomi. Sayyidina Umar RA juga pernah membakar kedai khomr dan rumah mewahnya Sa’ad bin Abi Waqqosh. Sayyidina Utsman RA pernah membakar mushaf yang bertentangan dengan lisan Quraisy. Sayyidina Ali RA juga pernah membakar Syi’ah Ghulat dan Khowarij,” jelasnya. [GA/kbrn]
BERITA TERKAIT: