ISTANBUL (Panjimas.com) – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Ahad (19/10/2014) menolak seruan dan desakan sejumlah negara yang tergabung dalam koalisi salibis internasional pimpinan Amerika Serikat (AS), agar Turki mempersenjatai kelompok utama Kurdi di Suriah.
Penolakan itu didasarkan karena Erdogan menyebut kelompok dan milisi Kurdi ini sebagai organisasi teroris. Erdogan mengatakan, Partai Uni Demokratik (PYD) sama dengan Partai Pekerja Turki (PKK) yang selama 30 tahun memberontak di Turki tenggara.
Sayap militer PYD, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), terlibat dalam pertempuran hebat beberapa pekan dengan Daulah Islamiyyah atau Islamic State (IS) di Kobane, Suriah utara.
“Ada pembicaraan untuk mempersenjatai PYD untuk membentuk front di sini melawan ISIS. Bagi saya, PYD adalah sama dengan PKK, ini organisasi teroris,” tegas Erdogan seperti dikutip AFP.
…Bagi saya, PYD adalah sama dengan PKK, ini organisasi teroris…
“Adalah akan amat sangat salah untuk memperkirakan kami untuk secara terbuka mengatakan ‘ya’ kepada sekutu NATO kami Amerika untuk memberikan dukungan semacam ini. Untuk memperkirakan hal semacam ini dari kami adalah tidak mungkin,” tandasnya.
Pekan lalu, Presiden Prancis Francois Hollande menyeru Turki untuk membuka perbatasannya demi memungkinkan bala bantuan untuk mencapai Kobane, sedangkan PYD sendiri menyeru Ankara untuk mengizinkan wilayahnya guna digunakan sebagai pengiriman senjata.
Sejak lama Turki mengaitkan PKK dengan PYD, kendati PYD membantahnya. Ankara juga menuduh PYD karena tidak melakukan apa-apa untuk menyingkirkan Presiden Syi’ah Nushairiyyah di Suriah, Bashar al-Assad yang sangat ditentang Turki sejak konflik di negara ini pecah pada bulan Maret 2011 lalu.
“Mereka terlibat dalam kejahatan yang dilakukan rezim Suriah,” kata Perdana Menteri (PM) Turki, Ahmet Davutoglu dalam jumpa pers di Ankara. “Kami akan bersikap berbeda kepada PYD dan Kobane jika PYD tetap pada janjinya untuk membantu menumbangkan Assad,” lanjutnya. [GA/Ant]