JAKARTA (Panjimas.com) – bila pola pikirnya bukan berdasar dalil Islam | jangan heran bila dia mentolerir perkara haram
namanya pendidikan itu pembentukan karakter | bila yang haram sudah ditolerir bagaimana jadi benar? adanya fakta orang yang berzina solusinya bukan diberi kondom | solusinya harusnya hapus perzinaan dan cegah dengan pembinaan
adanya fakta muda-mudi pacaran solusinya bukan diajar pacaran sehat | seharusnya sejak dini diberitahu itu perkara haram dan amal maksiat
inilah cermin pendidikan yang hanya mengejar ilmu dan pengetahuan | bukan karakter yang berbasis Islam, bukan membentuk pribadi taat
sudah terbukti pacaran itu pintu zina paling besar namun tetap abaikan | sama saja meremehkan dosa besar, memberi jalan bagi kemaksiatan
hancurnya pendidikan tatkala Al-Qur’an dan As-Sunnah cuma jadi bacaan | sementara budaya kufur ditolerir, dan dianggap suatu kewajaran
harusnya kemdikbud merumus materi pengajaran gunakan fakta dan data | fakta dan data berbicara lebih banyak daripada anggapan dan katanya
kemdikbud harus tahu bahwa pertanggungan tugas mereka hanya 5 tahunan | tapi pertanggungan mereka pada Allah? itu harus diingat baik-baik
dan setiap jiwa akan ditanya tentang amanah yang mereka pegang | dan hukum-hukum Allah yang mereka ketahui namun mereka abaikan
saat yang haram dilabeli wajar, sementara yang wajib dianggap ekstrim | maka saat itu kebenaran menjadi relatif, teladan menjadi sirna
bila terus begini, generasi kedepan sudah bisa ditebak adanya | Muslim namun caranya berpikir tak beda dengan yang bukan Muslim
makin beratlah tugas ini tatkala kemaksiatan diajarkan formal | sementara pemuka-pemuka yang harusnya berjuang malah bebal
semoga Allah melindungi anak-anak kita dari kemaksiatan terorganisir | semiga Allah memberikan kita kebaikan dimanapun dan kapanpun adanya. [Diambil dari akun Facebook (FB) pribadi Ustadz Felix Siauw, @UstadzFelixSiauw pada Selasa (14/10/2014)]
BERITA TERKAIT: