JAKARTA (Panjimas.com) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengharapkan dan mendesak agar buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) untuk SMA/MA/SMK kelas XI semester 1 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memuat materi “Gaya Pacaran Sehat” segera direvisi.
“Buku dengan muatan seperti itu tidak memiliki perspektif pendidikan, tidak ada sensitivitas pendidikannya,” kata Ketua KPAI, Asrorun Ni’am Sholeh di Jakarta, pada Senin (13/10/2014) seperti dilansir kantor berita Antara.
Menurut Asrorun, buku materi Penjaskes itu seharusnya fokus ke hal-hal dan topik ajar yang sesuai. “Buku hadir untuk kepentingan bahan ajar dalam pendidikan. Secara sosiologis, topik tentang pacaran tidak berkesuaian dengan hal jasmani dan kesehatan,” tegasnya.
Ketua KPAI periode 2014 – 2017 kelahiran Nganjuk Jawa Timur (Jatim) ini menjelaskan, materi semacam itu bukan terminologi pendidikan, sekaligus tidak mencerminkan semangat pendidikan dan kebudayaan.
Materi “Gaya Pacaran Sehat” justru mereduksi semangat pendidikan itu sendiri karena dianggap tidak berisikan materi edukatif. “Lebih baik mengajarkan tentang pergaulan dan perteman yang sehat, hal itu jauh lebih subtansial dengan pendidikan,” tandas Asrorun.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan buku Pendidikan Kesehatan dan Jasmani (Penjaskes) untuk sekolah tingkat SMA/MA/SMK kelas XI terbitan semester 1. Pada halaman 128-129 di buku tersebut terdapat penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pacaran sehat termasuk gayanya.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad beralasan, awal dirumuskannya materi itu dibuat untuk mencegah pelajar melakukan hal-hal negatif, misalnya seks di luar nikah. Namun yang terjadi kemudian sebagian besar pihak di Indonesia justru mengkritik dan mengecam buku “Pacaran Sehat” itu. [GA]
BERITA TERKAIT: