BANDUNG (Panjimas.com) – Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) mempersoalkan dan mengecam buku “Pacaran Sehat“ yang ada didalam pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ke setiap sekolah tingkat SMA dan sederajat.
Mereka mempersoalkan pada halaman 128 dan 129 yang ada di buku tersebut. Pada halaman 128, disebutkan soal bahaya melakukan seks bebas bagi wanita. Di buku tersebut dituliskan bahwa saat wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup akan menderita.
Dituliskan juga, berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan. Sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
“Ini seakan-akan mendiskreditkan perempuan bahwa seks sangat merugikan perempuan, tapi bagi laki-laki seolah tidak apa-apa karena tidak ada bekasnya,” kata Sekjen FGII, Iwan Hermawan di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Kota Bandung, pada Selasa (14/10/2014).
Dengan kalimat semacam itu, ia khawatir siswa laki-laki justru terpancing melakukan seks bebas karena keperjakaan laki-laki sulit dibuktikan meskipun sudah tidak perjaka.
Berikutnya yang dipersoalkan adalah adanya tips berpacaran di halaman 128. Disebutkan ada lima tips, di antaranya niatkan tujuan pacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat, hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual, selanjutnya adalah hindari makan makanan yang merangsang sebelum atau selama pacaran.
“Tips ini tidak edukatif. Ini harusnya bukan konsumsi murid yang diberikan oleh guru. Harusnya jangan terlalu dieksplisitkan seperti itu,” kecamnya.
Hal ketiga yang dipersoalkan adalah adanya ilustrasi laki-laki dan perempuan berpakaian muslimah yang sedang berpacaran sehat dengan latar belakang air terjun. “Kenapa pacaran sehat mesti digambarkan dengan orang yang berpakaian muslim,” sesalnya.
Iwan menyatakan, yang disesalkannya adalah buku tersebut dikeluarkan oleh Kemendikbud. Apalagi penyedia penerbitan buku itu adalah Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemendikbud. “Kita minta buku ini ditarik oleh pemerintah pusat, provinsi, atau kabupaten/kota,” tegasnya.
Iwan meminta buku itu direvisi sebelum diberikan lagi ke sekolah. “Bagian-bagian yang tadi disebutkan harus dihilangkan,” pinta Iwan. Menurutnya, buku itu disebar ke semua sekolah tingkat SMA. Di SMAN 9 Bandung tempatnya mengajar misalnya, terdapat sekitar 420 eksemplar buku itu yang diterima pada September lalu.
“FGII sendiri menurutnya belum melaporkan secara resmi temuan tersebut ke pihak terkait. Tapi besok saya akan ke Kemendikbud untuk membicarakan soal buku ini. Saya akan mempersoalkan ini,” tandasnya. [GA/okz]
BERITA TERKAIT: