KAIRO (Panjimas.com) – Universitas Al Azhar di Kairo membantah laporan media asing termasuk media Indonesia bahwa seorang dosen bergelar profesor dan ulama Mesir murtad atau keluar dari Islam dan masuk Kristen.
“Siapa itu Dr Mark Gabriel Mustafa? Itu berita provokasi, sama sekali tidak benar,” kata Direktur Urusan Kepegawaian Universitas Al Azhar, Yahya Ameen, di ruang kerjanya di gedung rektorat Universitas Al Azhar di Kairo seperti dilansir kantor berita ANTARA, Selasa (30/9/2014).
Yahya Ameen tampak kaget ketika dikonfirmasi mengenai keabsahan berita yang dikutip media massa Indonesia dan tersebar luas di jejaring sosial.
“Namanya saja sudah aneh begitu. Mana ada guru besar Al Azhar murtad?,” ujar pejabat senior yang sebelumnya lebih 30 tahun bertugas menangani urusan penempatan dan pensiunan dosen di universitas Islam tertua di dunia itu.
Pejabat yang bertugas lebih 30 tahun di kantor biro kepegawaian urusan penempatan dosen itu mensinyalir berita tersebut sengaja dikarang untuk berita sensasi demi kepentingan bisnis.
Bantahan senada diutarakan Prof Dr Mohamed Rashad Dahmash, ulama senior Mesir dan guru besar perbandingan agama di Fakultas Studi Islam, Universitas Al Azhar.
“Itu berita palsu. Kalau benar berita itu pasti sudah ramai digembar-gemborkan media massa Mesir,” tutur mantan Dekan Fakultas Studi Islam Universitas Al Azhar itu.
Media online “Merdeka” dalam edisi (https://www.merdeka.com/dunia/empat-ulama-murtad-sejagat/dr-mark-gabriel-mustafa.html) pada Selasa (30/9) melansir berita bombastis berjudul “Empat Ulama Murtad Sejagat”.
“Dr Mustafa kini dikenal dengan nama Mark Gabriel. Dia seorang mantan ulama dan guru besar di Universitas Al Azhar, Ibu Kota Kairo, Mesir. Dia mengubah keyakinannya pada 1994 setelah melalui serangkaian peristiwa hidup yang membuatnya enggan menjadi muslim,” tulis Merdeka.
Lebih lanjut Merdeka memaparkan, “Lelaki kelahiran Kairo 30 Desember 1957 ini sebenarnya lahir dan tumbuh di lingkungan dan budaya Islam yang ramah. Namun pergaulannya setelah mengunjungi beberapa negara Barat dan Timur membuatnya jauh dari Islam. Dia menemukan fakta beberapa pemimpin muslim justru mengajarkan kekerasan pada pengikutnya”.
“Saat dia kembali ke Al Azhar dan pihak kampus mendengar kesalahpahaman dia mengenai Islam, dia pun dikeluarkan lalu ditangkap dan dibiarkan kelaparan selama tiga hari. Setelah itu dia dilepas tanpa pengadilan apa pun. Gabriel semakin kehilangan keyakinannya pada Islam lantaran tak menemukan kedamaian di dalam ajaran itu”, demikian Merdeka.
Menanggapi alasan itu, Prof Rashad menegaskan bahwa alasan murtadnya tidak rasional.
“Bagaimana mungkin seorang profesor murtad hanya karena menemukan fakta beberapa pemimpin Muslim mengajarkan kekerasan?,” tutur Prof Rashad sambil ketawa canda.
Berita yang dikutip Merdeka dari jurnal Kristen Ortodoks (https://journeytoorthodoxy.com/) itu menyebutkan, di samping Dr Mustafa, juga ada tiga ulama lainnya di tiga negara berbeda.
Mereka adalah Dr Imad Uddin Lahiz dari India, Khalif Majid Hassan dari Inggris, dan Hajji Husman Mohamed dari Ethiopia. [AW/Ant]