DOMPU (Panjimas.com) – Penembakan terduga teroris Nurdin Bin Abdullah di Dusun Kala Timur Desa O’o Kecamatan Dompu beberapa waktu yang lalu oleh Tim Densus 88 mendapat kecaman keras dari Forum Ummat Islam (FUI) Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pasalnya, penembakan biadab yang dilakukan oleh Densus 88 tersebut dinilai sangat kejam.
Ketika mengadakan konferensi pers di Masjid Umar Bin Khatab di Dusun Kala Timur, pada Selasa (22/9/2014), Jubir FUI ustadz Taqiyuddin, S.Pd.I menilai bahwa penembakan terhadap Nurdin sangat brutal, kejam dan dzalim, karena posisi Nurdin ketika ditembak sedang menunaikan ibadah shalat. Apa yang dilakukan oleh Densus 88 menurutnya tidak dibenarkan oleh UU dan Agama manapun.
“Berdasarkan info yang kami dapatkan dari pihak keluarga dan secara jujur mereka ceritakan, kejadian berlangsung sekitar waktu shalat Ashar. Saat itu di rumah mereka ada istri almarhum, orang tua dan anggota keluarga lainnya,” jelasnya.
Bahkan ketika itu, lanjut ustadz Taqi, selang beberapa waktu sebelum kejadian, istrinya melihat bahwa Nurdin sedang shalat, pada saat itu datanglah sekelompok orang berseragam dengan lambang burung hantu, lalu memasuki rumah, dan kemudian mereka melepaskan tembakan sebanyak Tiga kali. Setelah itu Nurdin dimasukkan dalam kantung dan dibawa kabur.
Tidak lama kemudian, dihebohkan dengan isu ada tas pinggang berisi mercon, tapi kata mereka bahwa Bom. Dan benda yang diduga bom oleh mereka diledakkan, ternyata ledakan tidak lebih dahsyat dari ledakan mercon. Kami memahami dan mensinyalir bahwa semuanya penuh rekayasa karena mereka ahli rekayasa, terang ustadz Taqi.
Selain bom, juga ditemukan tiga lembar baju bergambar ISIS, padahal jangankan untuk membeli atau memiliki baju tersebut, untuk baju sehari-hari dan kebutuhan lain saja Nurdin tidak punya, karena kehidupan mereka dari keluarga yang tidak ada. Lebih jauh ustadz Taqi menjelaskan bahwa tiga tahun terakhir Nurdin tidak tergabung dalam Jama’ah atau jaringan manapun sebagaimana yang dituduhkan.
Sehingga, dari drama penembakan Nurdin, ada tiga kejanggalan yang kami temukan, Pertama : Nurdin ditembak dalam keadaan shalat, melihat keadaan darah yang bercucuran dan pengakuan jujur dari keluarga. Pertanyaan kami aturan mana yang membenarkan penembakan orang dalam keadaan shalat. Tidak ada agama manapun yang membenarkan.
Ini adalah bentuk kedzaliman yang luar biasa, karena Densus 88 sudah menodai Islam, menodai syari’at Islam. Mestinya, tutur ustdz Taqi, ummat Islam harus marah karena Densus 88 membunuh orang dalam keadaan shalat. Tokoh Islam dan ormas Islam harus marah.
Kedua, sambung ustadz Taqi, dari enam orang yang ditangkap, kenapa hanya Nurdin yang dieksekusi mati? Dan dalam keadaan sedang shalat. Sementara lain yang ditangkap tidak dalam keadaan shalat. Oleh karena itu, kami mengajari tokoh dan ormas Islam harus bersuara lantang dan mengkaji kebiadaban ini.
Dalam kasus ini, Densus ingin memberikan kesan dan provokasi bahwa kalian jangan coba-coba. Apalagi saat ini kami FUI sedang gencar menolak pembangunan Pura terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Kecamatan Pekat.
Kemudian yang ketiga, mereka diduga menyimpan mercon atau bom sebagaimana yang diisukan. Hal tersebut untuk menutupi kebohongan mereka, karena mereka ahli rekayasa. Jika merunut dalam aturan mereka, kalau sebuah obyek sudah dilingkari police lain, maka tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya, tapi mereka secara bebas memasuki areal tersebut.
Pada kesempatan ini, kami meminta kepada beberapa pihak untuk mengadvokasi masalah ini, dan kepada mereka (Kepolisian, red) untuk mengusut secara tuntas.
“Dalam kasus ini, kami tidak punya kepentingan, justru kami pasang dada membela hak-hak muslim yang terdzalimi. Walaupun tidak ada yang berani karena ketakutan akan jabatan dan posisi merek, tapi kami yang akan memulainya,” tegas ustadz Taqi.
“Dengan Bismillah, tawaqqal kepada Allah kami tampil untuk memberikan pernyataan, sejauh yang kami ketahui. Kami sudah berbicara dengan keluarga dan mereka jujur apa adanya menceritakan apa sesungguhnya yang terjadi,” tandasnya.
Acara yang berlangsung tertib tersebut dihadiri oleh puluhan jama’ah shalat dzuhur, dan berlangsung tidak lebih satu jam. Tidak diketahui motif terkait penembakan Nurdin, namun ustadz Taqi curiga bahwa dibalik kasus ini ada upaya pengalihan isu atas sebuah persoalan. [GA]