WASHINGTON (Panjimas.com) – Perkembangan Daulah Islamiyyah atau Islamic State (IS) yang terus memperluas wilayah kekuasaannya semakin meresahkan dunia, khususnya negara-negara Kafir Barat dan para sekutunya. Demi mencegah hal itu, negara Kafir Amerika Serikat (AS) pun menggelar sayembara untuk memburu tokoh utamanya yakni Khalifah Ibrahim bin Awwad atau Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi.
Dalam upaya itu, seperti dilansir dari News.com.au pada Jum’at (26/9/2014), Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menawarkan imbalan bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan pemimpin IS itu. Amerika rela menggelontorkan dana US$ 10 juta atau sekitar Rp 120 miliar untuk upaya itu.
Imbalan untuk Khalifah Al-Baghdadi sebagai orang paling dicari AS merupakan yang kedua tertinggi setelah Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri, dokter pribadi Osama bin Laden yang mengancam akan menyerang kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania dan terkait serangan 11 September (9/11). Imbalan untuk informasi keberadaan Syaikh Aiman dihargai Amerika $ 25 juta atau sekitar Rp 300 miliar.
Selama ini, IS termasuk yang rajin menggunakan media sosial untuk merekrut pengikut, menyebarluaskan pengaruh, memamerkan keberhasilan mereka merebut suatu wilayah, dan mengeksekusi orang Kafir, salah satunya pemenggalan terhadap 2 tentara AS yang menyamar menjadi jurnalis.
…Deplu AS menawarkan imbalan US$ 10 juta atau sekitar Rp 120 miliar bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi…
Sejauh ini, pemerintah AS menjanjikan untuk membayar imbalan kepada warga negara manapun yang mampu memberikan informasi kredibel terkait Khalifah Al-Baghdadi. Jumlah uang yang akan diberikan sebagai hadiah itu bisa saja melampaui yang dijanjikan, jika data yang dikuak ternyata sangat berguna.
Imbalan terbesar hingga saat ini yang diberukan AS adalah US$ 30 juta atau sekitar Rp 360 miliar, yang diterima warga Iraq. Ia memberikan informasi yang membantu pasukan AS menemukan dan membunuh anak-anak mantan presiden Iraq Saddam Hussein — Uday dan Qusay di Mosul pada tahun 2003.
Khalifah Al-Baghdadi yang namanya mencerminkan asal-usulnya dari Iraq juga dikenal sebagai Abu Du’a yang jarang sekali terlihat di depan umum. Terakhir ia muncul pada awal Juli 2014 lalu saat memimpin khutbah dan sholat Jum’at di Masjid Agung di Mosul, kota di Iraq utara yang telah dikuasai IS.
Sementara itu, pemerintah Australia hingga saat ini belum memiliki program imbalan untuk informasi tentang Khalifah Al-Baghdadi. “Pemerintah Australia mengharapkan siapa pun yang memiliki informasi tentang teroris atau kegiatannya agar segera melaporkan,” demikian pernyataan Kejaksaan Agung Australia. [GA/lip6]