DUBAI (Panjimas.com) – Negara Syi’ah Iran dan Arab Saudi pada hari Senin (22/9/2014) mengadakan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri (Menlu) pertama mereka sejak keterpilihan Presiden Hassan Rouhani pada 2013 lalu, kata media resmi Iran IRNA.
Pertemuan kedua Menlu itu juga mengisyaratkan kemungkinan cairnya hubungan dingin antara kedua kekuatan Teluk itu, yang dianggap sebagian orang mempunyai perbedaan pandangan dalam keyakinan, yakni Syi’ah dan Ahlu Sunnah (Sunni).
Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif sesudah bertemu di New York dengan timpalannya dari Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal, menyatakan pembicaraan itu dapat mengarah ke peningkatan hubungan.
“Mitra Saudi saya dan saya percaya bahwa pertemuan ini akan menjadi halaman pertama dari bab baru dalam hubungan dua negara kami,” kata Zarif seperti dikutip kantor berita resmi Iran IRNA.
“Kami berharap bahwa bab baru ini akan efektif dalam membangun perdamaian dan keamanan regional dan global serta melindungi kepentingan negara-negara Muslim di seluruh dunia,” imbuhnya.
IRNA melaporkan bahwa Pangeran Saud merujuk terhadap kemajuan Daulah Khilafah Islamiyyah atau Islamic State (IS) yang dulu bernama Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) di Iraq dan Suriah menyatakan dan menyadari kepekaan keadaan tersebut memungkinkan kedua negara bisa bersatu untuk melawan IS.
“Kami menyadari kepentingan dan kepekaan krisis itu dan kesempatan di depan kami. Kami percaya bahwa dengan menggunakan kesempatan berharga ini dan menghindari kesalahan pada masa lalu, kami bisa menangani krisis itu,” ujarnya.
“Kedua negara ini berpengaruh di kawasan dan kerja sama di antara mereka akan berdampak jelas pada pembentukan keamanan kawasan dan dunia,” pungkas Zarif seperti dilansir kantor berita Reuters. [GA/Ant]