MATARAM (Panjimas.com) – Jenazah Nurdin (23 tahun), korban penembakan brutal Densus 88 di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), akhirnya pada Senin (22/9/2014) pagi sekitar pukul 09.00 WITA dipulangkan ke daerah asalnya di Desa Oo, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Provinsi NTB.
Kapolda NTB, Brigjen Pol Sriyono mendampingi keberangkatan jenazah Nurdin. “Semua berjalan lancar, dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia juga sudah memperbolehkan jenazah korban untuk dipulangkan,” ujar Sriyono, seperti dilansir Antara.
Seorang tokoh warga setempat yang tidak ingin disebutkan namanya mengemukakan, dirinya sebenarnya tidak menyangka bahwa Nurdin adalah bagian dari jaringan teroris yang ada di Indonesia, karena dalam kesehariannya Nurdin dikenal warga sebagai seorang petani di daerahnya.
Sementara itu, jenazah Nurdin telah dimakamkan pada Selasa (23/9/2014) ini. “Jenazah almarhum Nurdin telah dimakamkan tadi dikampung kelahirannya Desa Oo Kabupaten Dompu Bima Nusa Tenggara Barat,” ucap salah seorang sumber kepada Panjimas.com pada Selasa (23/9/2014), yang tak mau disebutkan namanya .
“Almarhum insya Allah Syahid setelah diberondong oleh Densus 88 disalah satu sudut ruangan rumah orang tuanya ketika sedang melaksanakan shalat Ashar. Ironisnya setelah membunuh Nurdin, Densus juga merampok uang senilai Rp. 2.100.000 miliknya yang sediannya akan digunakan untuk membayar dagangan,” tambahnya.
Seperti diberitakan Panjimas.com sebelumnya, Densus 88 pada Sabtu (20/9/2014) menagkap sejumlah orang di Bima dan menembak mati Nurdin. Info yang diperoleh Panjimas.com, Nurdin tidak melakukan perlawanan saat Densus 88 hendak menangkapnya. Ia justru tengah melaksanakan shalat saat ditembak mati Densus 88.
“Atas nama Nurdin alias Deo ditembak selagi shalat Ashar pada raka’at ketiga. Ditangkap di Desa Oo, Kabupaten Dompu, NTB,” ujar salah seorang sumber yang enggan disebutkan identitasnya, di lokasi kejadian kepada Panjimas.com, pada Ahad (21/9/2014).
Sumber tersebut juga membantah pernyataan pihak kepolisian bahwa Nurdin melakukan perlawanan sehingga ditembak mati Densus 88. “Dikatakan memiliki dan melawan dengan bom padahal itu bohong. Yang dikatakan bom adalah mercon dan ketika diledakkan suaranya kecil, hal ini mengundang tertawaan masyarakat. Mereka yakin ini hanyalah sandiwara,” sanggahnya. [GA]
BERITA TERKAIT: