SURIAH (Panjimas.com) – Sejak konflik di Suriah meletus, 200.000 orang lebih yang mayoritasnya adalah umat Islam Ahlu Sunnah (Sunni) dibunuh oleh Pemerintahan Syi’ah Rezim Bashar Assad. Namun dunia seolah menutup mata terhadap “genosida” tersebut. Sejak tahun 2011, negara didunia khususnya negara yang mayoritas berpenduduk muslim disekitar Suriah tidak ada yang peduli secara optimal dan serius akan kasus ini.
Akan tetapi, hanya karena tentara Amerika Serikat (AS) yang menjadi mata-mata dan menyamar sebagai wartawan, yakni James Wright Foley dan Steven Joel Scotlov dieksekusi mujahidin Daulah Islamiyyah atau Islamic State (IS), maka seluruh dunia tertuju pada IS. Semuanya bergabung, dan berkoalisi untuk menyerang IS. (Baca; Daulah Islamiyyah Tawan 2 Tentara Amerika Serikat)
Mulai hari Senin (22/9/2014) malam hingga hari Selasa (23/9/2014) ini, peperangan antara Daulah Islamiyyah dengan koalisi salibis internasional bentukan AS dimulai. Suriah di bombardir, anak-anak dan wanita banyak yang terbunuh. Bangunan-bangunan banyak yang runtuh akibat serangan udara koalisi salibis itu.
“Sampai tadi dapat berita, 120 orang dikabarkan (insya Allah) syahid. Itu ada dari IS dan ada dari JN (Jabhah An-Nushrah –red). Siapa yang peduli? Justru koalisi salibis semakin kuat,” kata salah seorang aktivis independen Suriah, pada Selasa (23/9/2014) malam.
Disaat serangan udara koalisi salibis internasional terhadap daerah-daerah yang dikuasai oleh Daulah Islamiyyah berlangsung dan melebar juga terhadap basis JN dan pejuang Suriah lainnya, baru saja Presiden AS Barack Obama mengatakan koalisi untuk menghancurkan Islamic State semakin kuat dan 5 negara arab sudah bergabung dalam koalisi ini, yakni Bahrain, Yordania, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Informasi dan komentar dari jejaring sosial juga tidak kalah cepatnya. Seorang aktivis lainnya mempertanyakan dengan koalisi umat Islam saat ini untuk menghadapi koalisi salibis internasional bentukan Amerika. Apakah masih sibuk saling debat, atau meninggalkan ego untuk bersama-sama melawan agresi koalisi salibis internasional tersebut. [GA]