JAKARTA (Panjimas.com) – Jenazah H. Rusydi HAMKA bin Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dishalatkan oleh ratusan umat Islam yang memadati masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan setelah shalat Jum’at pada hari Jum’at (19/9/2014).
Sejumlah tokoh Islam nasional hadir dalam shalat jenazah, diantaranya; Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Mantan Menteri Pendidikan Malik Fadjar, Adi Sasono, Ustadz Adian Husaini, Ustadz Ferry Nur dan lain-lain.
Untuk diketahui, Rusydi HAMKA meninggal dunia di Rumah Sakit Islam (RSI) Jakarta, pada Kamis (18/9/2014) pukul 13.30 WIB karena sakit. Sebelumnya, jenazah sempat disemayamkan di rumahnya di Jalan Kenanga No. 06 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Sebagai tokoh Islam nasional, kiprah Rusydi HAMKA patut dikenang, berikut ini sekelumit profil putra ulama besar Buya HAMKA tersebut.
Rusydi Hamka, lahir di Padang Panjang pada tanggal 7 September 1935. Bersama kakaknyanya Zaki, ia sempat dibawa pindah ke Medan oleh orang tuanya, Buya HAMKA. Ia sempat bersekolah SD di HIS Muhammadiyah, mengaji sore di maktabah islamiyah Jami’atul Washliyah di Medan selama 2 tahun. Pada tahun 1945, ia kembali ke tanah kelahirannya, Padang Panjang dan menamatkan sekolah SD Muhammadiyah.
Ketika agresi militer Belanda pada tahun 1948, ia sempat dibawa ayahanda Buya HAMKA bergerilya, memberi penerangan kepada rakyat di daerah pelosok yang masih dikuasai Republik Indonesia. Ia kemudian masuk sekolah Tsanawiyah di Dukuh Basung.
Pada awal tahun 1950 ia pindah ke Jakarta, selanjutnya meneruskan sekolah SMP dan SMA Muhammadiyah di Yogyakarta. Usai menamatkan pendidikan SMA, Rusydi HAMKA masuk ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia selama 2 tahun, kemudian pindah studi pada perguruan tinggi Publisistik Jakarta hingga tingkat Sarjana Muda.
Pada tahun 1959, Rusydi HAMKA bekerja pada majalah Panji Masyarakat yang dipimpin oleh Buya HAMKA dan KH Faiqh Usman -rahimahumullah- sampai majalah tersebut dibredel pada tanggal 17 Agustus 1960.
Selanjutnya, pada tahun 1972 Rusydi HAMKA menjadi sekretaris redaksi majalah Gema Islam yang dipimpin oleh Letjen Sudirman, sampai majalah tersebut berhenti terbit pada tahun 1967. Rusydi HAMKA juga menjadi Pemimpin Redaksi harian Mercusuar yang diterbitkan oleh PP Muhammadiyah.
Setelah majalah Panji Masyarakat mendapat izin kembali untuk diterbitkan oleh Orde Baru, Almarhum Buya HAMKA memercayakan pimpinan penerbitan majalah itu baik redaksional maupun manajemennya, sampai majalah itu berkembang.
Dalam berorganisasi, almarhum Rusydi HAMKA, pada tahun 1962 aktif dalam Pemuda Muhammadiyah, sejak dari tingkat Cabang Kebayoran, Wilayah Jakarta dan Pusat Pimpinan Muhammadiyah, sampai tahun 1974.
Di samping, menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Tebet dan Pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Rusydi HAMKA juga menjadi Pengurus Besar Himpunan Seni Budaya Islam periode 1964-1965.
Rusydi HAMKA juga beberapa kali melawat ke luar negeri melakukan tugas jurnalistik dan menghadiri konferensi-konferensi Islam Internasional, antara lain ke negera-negara ASEAN.
Ia juga pernah diundang oleh Menter Luar Negeri Jepang meninjau obyek-obyek pendidikan pemuda dan perkembangan Islam di Jepang. Selain itu ia juga pernah melakukan kunjungan ke negera-negara Timur Tengah; Arab Saudi, Irak, Iran dan Mesir, baik dalam rangka menyertai ayahanda Buya HAMKA, maupun memenuhi undangan-undangan lainnya.
Ia juga pernah menghadiri muktamar Alam Islami bersama almarhum Muhammad Natsir di Siprus dan berkunjung ke Turki.
Selain itu, Rusydi HAMKA juga melakukan studi jurnalistik pada penerbitan-penerbitan pers di Jerman Barat pada saat itu, atas undangan Kementerian Luar Negeri Republik Federasi Jerman dan mengunjungi negara Eropa Barat lainnya.
Sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Panji Masyarakat (Panjimas), pengasuh rubrik berita dan komentar, serta menggantikan almarhum Buya HAMKA mengisi Rubrik Dari Hati ke Hati.
Almarhum Rusydi HAMKA juga editor buku Kebangkitan Islam dan pendiri perpustakaan Masjid Agung Al-Azhar.
Rusydi HAMKA lebih dikenal sebagai seorang aktivis Muhammadiyah, seorang ulama dan politisi Indonesia yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia pernah duduk di kursi DPR RI dan ditempatkan di Komisi I oleh partainya waktu itu. Rusydi juga dipercaya menjadi penasehat Fraksi PPP di Dewan Perwakilan Rakyat di masa itu. [AW]