JAKARTA (Panjimas.com) – Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman mengatakan, pilihan Presiden RI terpilih 2014-2019, Joko Widodo (Jokowi) untuk membagi hampir separuh kursi menteri (yakni 16 kursi dari total 24 kursi menteri) kepada parpol koalisinya telah melukai hati pendukungnya dan hanya lips service.
Selain itu, keputusan Jokowi itu juga dinilai sebagai pengingkaran terhadap janji kampanyenya. “Kemarin saat kampanye, Jokowi keras mengatakan tidak akan bagi-bagi kursi. Jokowi berjanji akan membentuk kabinet tanpa mempertimbangkan politik seperti komposisi partai, sekarang terbukti hanya janji manis saat kampanye,” ujar Jajat dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (17/9/2014).
Keputusan Jokowi untuk melanggar berbagai janji kampanyenya, di antaranya dukungan untuk meningkatkan harga bahan bakar minyak (BBM), pembagian kursi kepada kader parpol (partai politik) koalisi pengusung Jokowi-JK telah menggerus dukungan dan simpati masyarakat terhadap Jokowi.
Selain itu, pemberian mandat kepada mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono yang banyak tersangkut kasus pelanggaran HAM berat untuk menjadi penasehat Tim Transisi walau pernah berjanji akan menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM juga menipiskan dukungan masyarakat terhadap Jokowi-JK.
Ditambah lagi, membungkuknya Jokowi saat pertemuan dengan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair, dan keputusan Jokowi untuk menerima pimpinan Partai Komunis Tiongkok di Balaikota Jakarta memberikan pukulan telak terhadap elektabilitas Jokowi-JK.
“Jika Pemilu diadakan hari ini, saya yakin Jokowi-JK hanya akan mendapatkan 20 sampai dengan 25 persen suara melawan Prabowo-Hatta. Sudah terlalu banyak janji kampanye Jokowi yang ia langgar. Jokowi tidak sensitif terhadap aspirasi pendukungnya,” tegas Jajat. [GA/okez]