JERUSALEM, ISRAEL (Panjimas.com) – Puluhan tentara cadangan dari unit intelijen Zionis Israel secara terbuka menyatakan penolakan mereka untuk beroperasi di Palestina.
Surat itu disampaikan dua minggu setelah serang Zionis dengan sandi Operation Protective Edgemenewaskan lebih dari 2.200 orang.
Puluhan tentara cadangan dan mantan anggota unit intelijen tentara elit Zionis Israel itu telah mengutuk tuduhan “pelanggaran” terhadap warga Palestina di wilayah-wilayah pendudukan.
Empat puluh tiga tentara cadangan menyatakan kecaman mereka dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada Perdana Menteri Israel, kepala angkatan bersenjata, kepala intelijen militer dan didistribusikan ke media pada Kamis (11/9/2014).
“Kami veteran Unit 8200 cadangan, dulu dan sekarang, menyatakan bahwa kami menolak untuk mengambil bagian dalam kegiatan terhadap warga Palestina dan menolak untuk menjadi alat untuk memperdalam kontrol militer di wilayah-wilayah pendudukan,” tulis para prajurit.
Kami meminta semua tentara yang bertugas di Korps Intelijen, sekarang dan masa depan, bersama dengan semua warga Israel, bersuara menentang ketidakadilan ini dan mengambil tindakan untuk mengakhiri hal ini.
Pernyataan Tentara Cadangan Zionis Israel
“Tidak ada perbedaan antara orang Palestina yang terlibat dan tidak terlibat dalam aksi kekerasan, kita tidak bisa terus melayani sistem ini dari hati nurani kami, dengan menolak hak-hak jutaan orang” tulis mereka.
Para prajurit kemudian mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan gangguan terhadap kehidupan rakyat Palestina sehari-hari.
Mereka menjelaskan bahwa mereka tidak akan lagi mengambil bagian dalam tindakan yang merugikan orang tak bersalah dan menyerukan kepada semua prajurit untuk bergabung dalam perjuangan mereka dan bersuara.
“Kami menyerukan semua tentara yang bertugas di Korps Intelijen, kini dan masa mendatang, bersama dengan semua warga Israel, untuk berbicara menentang ketidakadilan ini dan mengambil tindakan untuk mengakhiri hal ini.”
Seorang tentara juga mengatakan kepada Channel 10 TV ia merasa sebagian besar pekerjaan itu didorong oleh “alasan politis” untuk memperkuat kontrol Israel atas Tepi Barat, bukan terkait masalah keamanan.
Surat itu diterbitkan kurang dari tiga minggu setelah serangan sengit militer Zionis Israel terhadap pejuang Palestina di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 2.200 orang, sebagian besar warga sipil.
8200 Unit tentara adalah salah satu unit terbaik dan tercerdas Israel yang mengurus pengawasan dan pemantauan komunikasi, selain berbagi informasi dengan badan-badan intelijen sipil Israel.
Seorang mantan komandan unit cadangan Brigjen Hanan Gefen, menuduh penulis surat itu merupakan pelanggaran berat sebuah kepercayaan.
“Jika ini benar dan jika saya komandan unit saat ini, saya akan menempatkan mereka semua ke pengadilan dan akan menuntut hukuman penjara untuk mereka, dan saya akan menghapusnya dari unit,” kata Jenderal Hanan Gefen, Jumat. [AW/Aljazeera]