BRISBANE (Panjimas.com) – Pemerintah Australia meyakini adanya 60 warga Muslim Australia yang telah berjuang bersama Daulah Islamiyyah atau Islamic State (IS) dan Jabhah An-Nushra (JN) yang keduanya berakar pada Al-Qaeda. Kedua kelompok mujahidin itu telah dimasukkan sebagai organisasi ‘teroris’ di Australia.
Dengan alasan tersebut, Polisi Australia pada hari Rabu (10/9/2014) menggerebek sebuah Islamic Centre dan menahan dua orang pemuda Muslim dengan tuduhan terlibat dalam merekrut dan mengirim gerilyawan Muslim dari Australia ke Suriah.
Penggerebekan yang melibatkan 180 polisi yang datang sehari setelah kepala intelijen negara itu mengatakan akan “secara aktif ” mencegah tingkat ancaman teror dari pihak yang oleh Australia disebut sebagai “kelompok-kelompok militan di luar negeri”.
Polisi Federal Australia mengatakan, para pria itu berusia 21 tahun dan 31 tahun dan ditangkap karena tuduhan terorisme. “Terlibat dalam merekrut, memfasilitasi dan mendanai orang untuk melakukan perjalanan ke Suriah,” kata polisi itu.
Penangkapan dan penggerebekan terjadi di Brisbane dan Logan, sebuah kota di selatan ibukota Queensland, dimana mereka fokus pada kegiatan Islamic Centre Iqraa dan toko buku Islam. Kata Asisten Komisaris Neil Gaughan, sebuah pistol dan panah otomatis juga ditemukan selama penggerebekan.
Seorang pria yang lebih muda didakwa aparat sebagai perekrut orang-orang dan para pemuda Muslim untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan kelompok mujahidin di Suriah seperti Jabhah An-Nushra dan IS.
Australia telah meningkatkan upaya untuk mencegah para pemudanya agar tidak menjadi radikal dan bergabung dengan kelompok-kelompok mujahidin. Perdana Menteri (PM) Tony Abbott mengumumkan paket AU$ 58.000.000 pada bulan Agustus 2014 untuk mendukung kelompok-kelompok masyarakat dan badan-badan keamanan dalam program deradikalisasi pemuda pemuda Muslim. [GA/eram]