JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI), Munarman SH menegaskan bahwa strategi busuk lembaga think tank Amerika Serikat, Rand Corporation sudah semakin membahayakan.
Pasalnya, menurut Munarman Rand Corporation ditengarai sudah menyusun rencana untuk mengadu domba antar tanzim jihad di berbagai belahan dunia.
“Sekarang bukan lagi adu domba antar 4 kelompok umat Islam seperti dalam dokumen Civil Democratic Islam disebutkan adu dombalah antar kelompok-kelompok fundamentalis, tradisionalis, modernis dan sekuleris,” kata Munarman dalam diskusi Mengukur Bahaya Isu ISIS di Indonesia, di Masjid Baiturrahman, Jl Sahardjo 100, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (30/8/2014).
“Tapi sekarang ini sudah meningkat, dalam dokumen Rand Corporation tahun 2010 disebutkan adu domba antar tanzim jihad. Bayangkan, mereka sudah masuk ke level seperti itu,” ungkapnya.
Oleh sebab itu ia menyayangkan bila isu soal ISIS dan pro-kontra terkait khilafah yang baru dideklarasikan tersebut menjadi pertarungan antar media Islam yang saling hujat.
“Saya tidak ingin diskusi soal ISIS ini menjadi pertarungan antar media Islam, karena ini yang ditunggu sebetulnya. Karena mereka sudah siap dengan dokumen bagaimana cara mengadudomba antar tanzim jihad, ini perlu kita sadari,” tegasnya.
Bila perseteruan antar tanzim jihad itu terjadi apalagi sampai berpecah belah, hal itulah yang menjadi tujuan musuh-musuh Islam.
“Jadi kalau antar tanzim jihadnya sudah saling berantem dan berhasil untuk saling menghantam, mereka sedang sekali karena agendanya berhasil,” tuturnya.
Untuk diketahui, dokumen yang dikeluarkan oleh Rand Corporation – sebuah lembaga think-tank neo-konservatif AS dalam rekomendasinya berjudul Civil Democratic Silam, Parters, Resources, And Strategies yang ditulis Cheryl Benard, diungkap secara detil upaya untuk memecah-belah umat Islam.
Langkah pertama dari usaha adu domba itu adalah melakukan pengelompokan umat Islam menjadi 4 berdasarkan kecenderungan dan sikap politik terhadap Barat dan nilai-nilai demokrasi.
Pertama: kelompok fundamentalis, yaitu kelompok yang dinilai menolak nilai-nilai demokrasi dan budaya Barat serta menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem.
Kedua: kelompok tradisionalis, yaitu kelompok yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif.
Ketiga: kelompok modernis, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka juga ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikan Islam dengan perkembangan zaman.
Keempat: kelompok sekular, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam dapat menerima paham sekular dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara Barat dimana agama dibatasi pada lingkup pribadi saja.
Langkah berikutnya adalah melakukan politik belah bambu: mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain serta membenturkan antarkelompok.
Pertama: dukung kelompok modernis dengan mengembangkan visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok tradisionalis. Caranya dengan memberikan arena yang luas agar mereka dapat menyebarkan pandangan mereka. Mereka harus dididik dan diangkat ke tengah-tengah publik untuk mewakili wajah Islam kontemporer.
Kedua: dukung kelompok tradisionalis sebatas untuk mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok fundamentalis dan untuk mencegah pertalian yang erat di antara mereka; menerbitkan kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstremisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kelompok tradisionalis dan fundamentalis; mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis; juga mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme.
Ketiga: dukung kelompok sekularis secara kasus-perkasus dan mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama; mendorong ide bahwa agama dan negara dapat dipisahkan, dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuatnya.
Keempat: musuhi kelompok fundamentalis dengan menunjukkan kelemahan pandangan keislaman mereka; mendorong para wartawan untuk mengekspos isu-isu korupsi, kemunafikan dan tidak bermoralnya kaum fundamentalis, pelaksanaan Islam yang salah dan ketidakmampuan mereka dalam memimpin dan memerintah. Posisikan mereka sebagai pengacau dan pengecut, bukan sebagai pahlawan, serta dorong perpecahan antara kaum fundamentalis. [AW]