CILACAP (Panjimas.com) – Di usia sepuh, 76 tahun, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir masih bersemangat memberikan taushiyah untuk menggelorakan dakwah, tauhid dan jihad. Tak ada tanda-tanda kesedihan meski ia sedang menjalani vonis 15 tahun di penjara super maximum security (sms) LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Hafalan ayat-ayat dan haditsnya juga masih kuat.
Berbaju serba putih, ia menyapa setiap pengunjung yang membesuknya dengan ta’anuq, ramah dan murah senyum. Setelah mempersilahkan penulis untuk duduk di samping kirinya, Ustadz Abu memulai taushiyahnya dengan penuh semangat. Tak beda dengan performance ketika tabligh akbar di luar penjara. Di tengah-tengah taushiyah, sesekali ia mempersilahkan penulis menikmati biskuit yang dihidangkannya. “Ayo silahkan, ini enak ini,” ujarnya sambil membuka tutup toples.
Kepada belasan aktivis Islam yang membesuknya, Selasa (2/9/2014) Ustadz Abu mewanti-wanti agar berhati-hati terhadap penyakit al-wahn (cinta dunia dan takut mati).
Ulama kelahiran Jombang, 17 Agustus 1938 ini memulai taushiyah dengan mengungkapkan sinyalemen Rasulullah SAW 15 abad yang lalu. Disebutkan bahwa umat Islam akan dikeroyok dan diserbu musuh seperti makanan di atas meja hidangan.
Ia menyitir sabda Rasulullah SAW dari Tsauban RA: “Rasulullah SAW bersabda, “Hampir-hampir umat-umat kafir saling menyeru untuk menyerang kalian dari segenap penjuru, sebagaimana orang-orang lapar yang mengerumuni hidangan makanan.” Lalu para shahabat bertanya , “Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu kami sedikit?” Nabi SAW pun menjawab, “Tidak, bahkan pada waktu itu kalian berjumlah banyak, akan tetapi kalian seperti buih dilautan. Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan sungguh Allah akan mencampakkan Al-Wahn ke dalam hati-hati kalian.” Para shahabat kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu Al-Wahn?” Nabi saw menjawab, “Cinta dunia dan takut mati” (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud).
Menurutnya, mengenali orang yang terjangkiti penyakit Al-Wahn ini sangat mudah. “Tandanya orang terkena penyakit wahn itu tidak mau jihad,” tegasnya.
Sedangkan orang yang kuat imannya dan terbebas dari penyakit wahn, tandanya mau berjihad. Itulah thaifah manshurah, salafi jihadi” lanjutnya.
SURAT TERBUKA KEPADA UMAT ISLAM
Di penghujung taushiyahnya, Ustadz Abu menginformasikan bahwa sebentar lagi akan terbit buku “Surat Terbuka Untuk Seluruh Umat Islam: Masalah-Masalah Penting Yang Harus Dipahami Umat Islam Agar Tauhid, Iman Dan Amalnya Lurus.”
“Insya Allah sebentar lagi akan terbit buku Surat Terbuka kepada seluruh Umat Islam,” ujarnya.
Rencananya, buku setebal 158 halaman ini akan dibagikan kepada para tokoh dan khalayak umat Islam secara umum. Dalam draft buku yang dimaksud, Ustadz Abu menerangkan secara praktis hakikat tauhid, hakikat mukmin & kafir, hakikat thaghut, hakikat ibadah, cara mengamalkan syariat Islam, cara memperjuangkan tegaknya dinul Islam, kewajiban pokok umat Islam Indonesia, dan sebagainya.
Menurut Ustadz Abu, buku ini ditulis ketika ia dipenjara di Rutan Bareskrim Mabes Polri pada bulan Juni 2013. “Di Bareskrim Mabes Polri dulu saya benar-benar di asingkan. Saya tidak disatukan dengan ikhwan lain di penjara Mako Brimob. Saya ditaruh di Mabes, satu kamar penjara hanya saya sendiri, tidak ada kawannya. Tapi alhamdulillah, di sana saya bebas menulis. Belasan buku sudah saya tulis di sana. Ini adalah pertolongan Alloh,” kenangnya.
Sementara di Nusakambangan saat ini, Ustadz Abu dicampur dengan ikhwan mujahidin lainnya. Tapi sayang ia tidak boleh lagi menulis. “Jangankan menulis, kertas saja dilarang sampai ke kamar saya,” pungkasnya. [taz/voa-islam.com]