JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI), Munarman SH mengritik gerakan spanduk di berbagai wilayah yang berisi penolakan terhadap Islamic State of Iraq and Sham (ISIS).
Menurutnya, pemasangan spanduk itu terlalu mengada-ada dalam menyikapi fenomena ISIS di Indonesia. Ia pun menduga gerakan spanduk ini bagian dari operasi intelijen sebagai bentuk pengkondisian.
“Saya duga yang pasang-pasang spanduk ini, kalau tidak intel Koramil, Babinsa, Polsek atau orang kelurahan atau kecamatan yang punya kerjaan gini, mengatasnamakan masyarakat,” kata Munarman saat menjadi salah satu pembicara dalam Temu Pembaca Suara Islam dan Majelis Taqarub Ilallah (TPSI-MTI) dengan tema “Mengukur Bahaya Isu ISIS di Indonesia” di Masjid Baiturrahman, Jl Sahardjo 100, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (30/8/2014).
Munarman menganggap gerakan spanduk menolak ISIS tak perlu ditanggapi serius, “Gerakan spanduk ini ada dimana-mana, isinya lucu-lucu dan aneh-aneh, jadi ini kita anggap lawakan saja,” ujarnya.
Pasalnya, dari berbagai spanduk yang terpampang membuktikan bahwa sang pembuat spanduk tersebut tidak memahami tentang ISIS. Sehingga ISIS itu seolah dianggap seperti organisasi atau semacamnya yang bisa masuk ke wilayah lingkungan mereka.
“Di dekat rumah saya ada spanduk tulisannya ‘menolak organisasi ISIS’ emangnya ISIS itu seperti organisasi; Golkar, LDII dan lain-lain. ISIS itu kepanjangan dari Islamic State of Iraq and Sham (Negara Islam Iraq dan Syam). Jadi jelas ISIS ini negara, bukan organisasi atau Ormas. Jadi kalau ada yang nolak ISIS masuk ke wilayahnya itu kebodohan namanya,” jelasnya.
Dari fakta tersebut, Munarman menyimpulkan bahwa gerakan spanduk penolakan ISIS yang diduga didalagi intelijen itu tak lebih dari pembodohan.
“Ini menunjukkan gerakan spanduk tolak ISIS ini dilakukan oleh orang-orang yang jahil, ya itu memang watak kaum munafiqun wataknya jahil,” tandasnya.
Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak termakan isu soal ISIS yang digembar-gemborkan media mainstream seperti televisi.
“Semua orang itu menelan mentah-mentah apa yang disodorkan oleh televisi tanpa disaring. Ini menunjukkan juga masyarakat Indonesia tengah dilanda kebodohan. Ini menjadi ladang dakwah dan tantangan bagi kita, supaya tidak dibodoh-bodohi televisi,” pungkasnya. [AW]