CANBERRA (Panjimas.com) – Banyaknya warga Australia yang hijah ke Iraq dan Suriah untuk bergabung dengan Daulah Khilafah Islamiyyah atau Islamic State (IS) pimpinan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdady membuat pemerintah Australia meningkatkan kewaspadaannya. Tercatat, sedikitnya ada 60 warga Australia yang bergabung dengan IS dan 100 warga lainnya yang mendukung secara finansial.
Terkait hal itu, Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengungkapkan bahwa pemerintahannya telah menugaskan satuan anti teror memeriksa seorang yang mencurigakan sejak unit khusus tersebut memulai tugas mereka pekan lalu, di bandara internasional Melbourne dan Sydney.
Dalam sesi tanya-jawab di DPR Australia (House of Representatives atau disebut juga Majelis Rendah), pada Rabu (27/8/2014), PM Abbott menyatakan, satuan baru tersebut mulai disiagakan dan diintegrasikan ke dalam struktur Dinas Beacukai dan Perlindungan Perbatasan.
“Unit serupa akan segera dibentuk di seluruh bandara internasional yang ada di negara ini,” katanya.
PM Abbott menjelaskan, sekitar 80 petugas akan ditugaskan untuk mengantisipasi lonjakan warganya yang hendak pergi ke Iraq dan Suriah. Tugas utama mereka adalah memonitor pergerakan orang yang masuk ke dalam daftar ancaman keamanan nasional, lanjutnya.
“Saya mendapat informasi bahwa unit ini telah memeriksa paling tidak seorang yang mencurigakan,” jelasnya. Namun PM Abbott tidak menjelaskan secara rinci di bandara mana dan kapan orang mencurigakan tersebut diperiksa. [GA/trb/ABC]