JAKARTA (Panjimas.com) – Pakar dan Peneliti Paham serta Aliran Sesat di Indonesia, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz mengaku kecewa dengan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang hingga saat ini belum mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah.
Ia pun membandingkan, ketika MUI sedang vakum karena waktu itu Ketua MUI, KH Syukri Ghazali meninggal dunia 20 September 1984, masih sempat mengeluarkan fatwa haramnya memakan kodok.
Tetapi saat ini, dimana Ketua Umum MUI masih hidup dan wakilnya pun ada, justru tidak bisa mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah yang jauh lebih berbahaya dampaknya bagi umat.
yang namanya kodok saja itu difatwakan secara nasional oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), ketika MUI lagi vakum tidak ada ketua umumnya. Sekarang ada Ketua Umum bahkan Wakilnya, sudah berdarah-darah, orang di Jember itu dibunuh oleh Syiah, tapi tidak bisa
“Sebenarnya saya kecewa sekali keadaan ini, yang namanya kodok saja itu difatwakan secara nasional oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), ketika MUI lagi vakum tidak ada ketua umumnya. Sekarang ada Ketua Umum bahkan Wakilnya, sudah berdarah-darah, orang di Jember itu dibunuh oleh Syiah, tapi tidak bisa, belum bisa, malah beralasan,” kata Ustadz Hartono Ahmad Jaiz di gedung MUI, Jalan Proklamasi No.51 Menteng Jakarta Pusat, pada Selasa (26/8/2014).
Ustadz Hartono menduga hal ini karena di tubuh MUI disusupi oleh oknum yang membela Syiah yang disebutnya adalah Muhyiddin Junaidi. Bahkan menurut Ustadz Hartono, oknum tersebut pernah menandatangani kerjasama antara MUI dengan Pusat Kajian Alquran di Irak yang berpusat di Karbala.
“Memang di dalamnya (MUI, red.) ada orang tanda tangan dengan lembaga Syiah Iraq, yang duduk di sini ini tadi. Dia menandatangani kerjasama antara MUI dengan lembaga Syiah di Iraq, namanya Muhyiddin Junaidi,” ungkap Ustadz Hartono dengan nada kesal.
Memang di dalamnya (MUI, red.) ada orang tanda tangan dengan lembaga Syiah Iraq, yang duduk di sini ini tadi. Dia menandatangani kerjasama antara MUI dengan lembaga Syiah di Iraq, namanya Muhyiddin Junaidi
Lebih lanjut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz juga mengungkap peran Muhyiddin Junaidi yang kini menjabat sebagai Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Hubungan Luar Negeri.
Menurut pengakuan Joko Ekram atau biasa disapa Joko Beras, seperti diberitakan kiblat.net, Muhyiddin Junaidi diduga ikut mendorong rencana digelarnya seminar yang mendatangkan Kedubes AS dan Suriah di UMS, namun akhirnya digagalkan oleh Umat Islam di Solo.
“Joko Beras itu mengaku bahwasanya yang menyuruh atau membisiki itu Muhyiddin Junaidi,” pungkasnya. [AW]