Panjimas.com – Banyak konsumen sekarang menggunakan sebuah aplikasi yang mengidentifikasi sumber-sumber produk, dalam langkah mencoba untuk memboikot barang-barang Israel, menurut surat kabar harian Gulf News yang berbasis di UEA.
“Buycott” memungkinkan pengguna untuk memindai barcode produk, para konsumen bisa menggunakan kamera smartphone mereka, aplikasi tersebut kemudian mengecek ke semua database arsip perusahaan dan merek produk, untuk menemukan asal-usul produk dan beberapa informasi tentang merek produk.
“Buycott” awalnya tidak dikembangkan untuk tujuan mendeteksi produk-produk Israel. “Buycott membantu Anda belajar tentang dampak sosial dari produk yang Anda beli,” seperti yang tertera dalam deskripsi aplikasi Buycott.
Namun, aplikasi ini telah berkembang dan menjadi populer dalam beberapa pekan terakhir karena kekerasan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, aplikasi ini banyak digunakan dalam gerakan menyerukan boikot produk Israel.
“Saya pada tiga minggu yang lalu melihat sebuah lonjakan yang tidak biasa dalam hal banyaknya jumlah orang yang mendownload, dan tidak pernah ada artikel yang ditulis tentang aplikasi atau kampanye Israel, tahu-tahu Buycott adalah 10 aplikasi teratas di Inggris dan Belanda, dan nomor 1 di sejumlah negara Timur Tengah. Pembicaraan tentang produk ini banyak menyebar melalui media sosial, “kata pembuat aplikasi Buycott Ivan Pardon, seperti yang dikutip oleh Gulf News.
Dua kampanye aplikasi yang paling populer dalam menyerukan boikot produk Israel adalah “Hidup Palestina Boikot Israel” dan “Hindari Penggunaan Produk Israel.” Sekitar 527.000 orang telah bergabung dalam kedua kampanye tersebut.
Nama perusahaan besar seperti Nestle, Marks & Spencer, SodaStream dan Victoria Secret tercatat di database aplikasi Buycott, yang saat ini memiliki 49 merek produk Israel.[HF]